“Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim.” (Q.S. 3 Ali Imran: 128)
KETIKA itu Mesir sendiri, saat pasukan perintis tentara Islam memasuki wilayahnya, yang merupakan jajahan dari Romawi. Sementara perjuangan penduduk untuk menentangnya tidak membuahkan hasil apa-apa. Maka tatkala dari tapal batas kerajaan-kerajaan itu bergema suara takbir dari pasukan-pasukan yang beriman, “Allahu Akbar, Allahu Akbar….“
Mereka pun segera menuju fajar yang baru terbit dengan berduyun-duyun lalu memeluk Agama Islam yang dengannya mereka menemukan kebebasan dari kekuasaan kisra maupun kaisar.
BACA JUGA: Terbongkar, Menteri Israel Curi Artefak Peninggalan Mesir dari Sinai
‘Amr bin ‘Ash, amat berharap sekali akan dapat menghindarkan penduduk Mesir dan orang-orang Kopti dari peperangan agar pertempuran terbatas antaranya dengan tentara Romawi saja, yang telah menduduki negeri orang secara tidak sah, dan mencuri harta penduduk dengan sewenang-wenang.
Ketika itu ia berbicara kepada pemuka-pemuka golongan Nasrani dan uskup-uskup besar mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW membawa kebenaran dan menitahkan kebenaran itu. Dan sesungguhnya beliau telah menunaikan tugas risalahnya kemudian berpulang setelah meninggalkan kami di jalan lurus terang benderang.
Dan sabdanya, ‘Sepeninggalku nanti, Mesir menjadi kewajiban kalian untuk membebaskannya, maka perlakukanlah penduduknya dengan baik, karena mereka masih mempunyai ikatan dan hubungan kekeluargaan dengan kita.” (HR. Muslim )
Maka jika kalian memenuhi seruan kami ini, hubungan kita semakin kuat dan bertambah erat,” ‘Amr menyudahi ucapannya, dan sebagian uskup dan pendeta menyerukan, “Sesungguhnya hubungan silaturrahmi yang diwasiatkan Nabi-mu itu adalah suatu pendekatan dengan pandangan jauh, yang tak mungkin mampu dihubungkan kecuali oleh Nabi!”
BACA JUGA: Kuno dan Misterius, Ini 7 Piramida Menakjubkan di Mesir
Percakapan ini merupakan permulaan yang baik untuk tercapainya saling pengertian yang diharapkan antara ‘Amr dan orang Kopti penduduk Mesir, walau panglima-panglima Romawi berusaha untuk menggagalkannya.
Para muarrikh atau ahli-ahli sejarah biasa menggelari ‘Amr dengan “Penakluk Mesir”. Namun gelar yang paling tepat untuk ‘Amr ialah “Pembebas Mesir”. []
Karasteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah/ Penulis: Khalid Muh. Khalid/ Penerbit: Cv. Diponegoro Bandung