SAMSUNG merupakan merek terkenal yang kini merajai pasar ponsel di tanah air. Kesuksesan Samsung menggeser pesaing-pesaingnya tak lepas dari usaha keras Pria asal Korea, Kang-Hyun Lee atau Mr. Lee yang kerap disapa karyawannya dengan sebutan ‘Pak Haji’.
Pria berkacamata asal Negeri Ginseng itu bisa dibilang pionir kesuksesan Samsung yang hingga sekarang masih bercokol sebagai vendor ponsel nomor satu tanah air. Dikutip dari Kompas Tekno, Mr Lee yang merupakan seorang mualaf, menceritakan kehidupan dan perjalanan kariernya membangun Samsung di Indonesia.
BACA JUGA: Yang Punya HP
Kendati kerap disapa “Pak Haji”, Lee sebenarnya belum pernah menunaikan ibadah haji, tapi dia sudah pernah melaksanakan umrah.
“Nama saya KH Lee, mungkin orang-orang memanggil ‘Kiai Haji’ Lee, jadi sekalian didoakan,” cerita Lee.
Lee mengaku saat ini belum memungkinkan untuk berangkat haji, karena jadwal pekerjaan yang sangat padat.
“Tapi saya sudah berjanji kepada istri saya akan berangkat haji,” ujarnya.
1996 silam, Lee mempersunting wanita berdarah Sunda. Mereka dikaruniai tiga orang putra. Lee sendiri telah menjadi mualaf sejak 1994.
Lee pertama kali mengenal Islam dari salah satu temannya asal Aceh. Di rumah temannya itu, ia melihat Ayah temannya mengajarkan agama islam ke anak-anak.
“Ada sekitar 20 anak yang dia sekolahkan dan biayai,” ujarnya.
Sementara, ibu teman Lee juga mendirikan sebuah panti asuhan.
“Jadi saya benar-benar lihat sendiri bagaimana umat Muslim berperilaku, kemudian saya diajari salat,” kisahnya.
Ayah teman Lee yang kemudian dianggapnya sebagai Ayah angkat, lalu mengajaknya ke Masjid Agung Sunda Kelapa untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Menjadi m=Muslim baru dikatakannya cukup berat. Terutama saat melalui puasa di bulan Ramadan. Namun, akhirnya ia bisa menjalani kehidupan sebagai muslim hingga saat ini.
Sedangkan kesuksesannya membesarkan nama Samsung di Indonesia, tak lepas dari kecintaannya terhadap negara ini.
“Saya datang ke Indonesia tahun 1988,” ucapnya mengawali cerita.
Pertama kali datang ke Indonesia, Lee tidak menjabat sebagai pimpinan Samsung. Dia awalnya datang hanya untuk mengunjungi sahabat penanya yang asal Indonesia. Dia bertandang ke rumah sahabatnya dan menginap sekitar satu bulan.
Perkenalannya dengan sahabat pena asal Indonesia itu membuatnya tertarik berkarir si negeri ini. Ia pun meminta ke kantornya, markas pusat Samsung di Suwon, Korea Selatan, supaya dibolehkan bekerja di Indonesia. Keinginannya dikabulkan meski penuh tantangan.
Lee harus memulai dari nol karena Samsung baru saja mengawali bisnis di Indonesia. Dia mulai bertugas di Samsung Indonesia tahun 1993, setelah pabrik Cikarang di Bekasi, Jawa Barat dibangun dua tahun sebelumnya.
BACA JUGA: HP, yang Menyihir Remaja
Sebagai pimpinan, dia bertanggung jawab atas banyak hal dalam kegiatan operasional Samsung, mulai dari ekspor-impor, ketenagakerjaan, keuangan, hingga urusan logistik.
Pada 2006, Lee dipindah kembali ke kantor pusat Samsung di Korsel sebagai Head of Digital Air Solution. Setelahnya, Lee sempat didapuk sebagai Managing Director Samsung Bangladesh.
Tahun 2012, Lee kembali lagi ke Indonesia sebagai Corporate Business Vice President. Setahun setelahnya, ia menjabat sebagai Corporate Business and Corporate Affair Vice President, PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN). Tugasnya adalah bertanggung jawab atas hubungan sosial perusahaan dan hubungan dengan pemerintah.
Lee lah yang pertama kali berjasa memperkenalkan ponsel genggam asal Korea Selatan di Indonesia yang ketika itu masih dikuasai merek legendaris asal Finlandia, Nokia. Bisa dibilang, sejarah awal Samsung di Indonesia berawal dari tangan ‘Pak Haji’ ini. []
SUMBER: KOMPAS TEKNO