JAKARTA–Dunia maya dihebohkan dengan isu kiamat yang terjadi hari ini tanggal 21 Juni 2020. Tentu saja isu itu hanya hoaks atau berita bohong. Awalnya, isu kiamat yang akan terjadi pada hari Ahad (21/6/2020) ini sudah beredar sejak sepekan sebelumnya.
Media massa dari Inggris, The Sun, memberitakan isu tersebut pada tanggal 13 Juni, dengan tajuk ‘Kalender Maya salah dan dunia akan berakhir pada ‘pekan depan’, teori konspirasi memperingatkan’.
The New York Post pada 13 Juni memberitakan teori konspirasi itu dengan judul ‘Ilmuwan berkata kalender Maya memprediksi akhir dunia pada pekan ini’. The New York Post mengutip dari The Sun.
BACA JUGA: Heboh Tafsir Kalender Suku Maya Kiamat Hari Ini, Ini Tanggapan MUI
Setelah ditelusur dari pencarian Google, isu ini juga banyak diberitakan oleh situs-situs asal India. Misalnya yang terbaru, ada situs Zeenews menerbitkan berita pada hari ini, judulnya ‘Kalender Maya memprediksi akhir dunia hari ini, klaim teoritikus konspirasi’.
Dilansir Forbes, isu kiamat 21 Juni ini dikabarkan oleh The Sun berdasarkan cuitan ilmuwan muda peraih beasiswa Fullbright, namanya Paolo Tagaloguin. Sayang sekali, cuitan Paolo Tagaloguin sudah dihapus. Bukan hanya cuitan Tagaloguin saja yang dihapus, namun juga seluruh akun Twitter, LinkedIn, dan Instagram-nya juga sudah dihapus.
Sementara itu, ternyata berita The Sun berjudul ‘Kalender Maya salah dan dunia akan berakhir pada ‘pekan depan” sudah tidak bisa diakses lagi.
Soal sosok Paul Tagaloguin, nama ini ada di situs Fulbright Filipina dengan nama Paolo M Tagaloguin, menjalani studi Master di bidang bioteknologi. Dia berasal dari Universitas Negeri Mindanao, Kota General Santos.
Kini, 21 Juni sudah tiba, kiamat yang diperbincangkan itu tidak terjadi.
Sebenarnya, orang-orang Suku Maya tidak pernah memprediksi akhir zaman melainkan hanya waktu berakhirnya kalender mereka karena siklusnya telah habis. Eric Mack dari Forbes menuliskan, ini sama seperti orang tua kita yang membuang kalender lama tiap Desember. Ini bukan pertanda apapun kecuali hanya pertanda dimulainya tahun baru.
Paolo Tagaloguin dalam cuitan yang telah dihapus berpendapat, selama ini orang telah salah tafsir terhadap kalender Suku Maya. Semula, orang menafsirkan kiamat versi kalender Maya jatuh pada 12 Desember 2012. Padahal, di kalender Gregorian yang umum dipakai sekarang, ada 11 hari yang berkurang tiap tahunnya.
BACA JUGA: LIPI Ungkap Kiamat sudah Dekat buat Serangga
Kalender Gregorian dipakai sejak 1752 hingga sekarang, alias sudah 268 tahun yang lalu. Maka 11 hari yang hilang dikalikan 268 tahun berarti 2.948 hari alias 8 tahun. Bila otak-atik ini dipakai, maka kiamat bukan terjadi pada 21 Desember 2012, namun 21 Juni 2020.
Dilansir SyFy, Astronomer bernama Phil Plait menjelaskan bahwa 21 Desember 2012 itu sebenarnya sudah merupakan hitung-hitungan hasil konversi kalender Maya, jadi tidak perlu dihitung ulang lagi dengan membandingkannya dengan kalender Julian.
“Tak ada alasan bahkan untuk membawa-bawa kalender Julian. Ini tidak masuk akal,” kata Phil Plait. []
SUMBER: DETIK