ADA satu malam istimewa yang lebih baik dari seribu bulan. Waktu tersebut terdapat hanya di bulan Ramadhan. Muslim mengenalnya sebagai Lailatul Qadar.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 1-5)
Kebaikan yang dilakukan pada malam qadar atau lailatul qadar, setara dengan ibadah selama seribu bulan atau 83 tahun. Tak heran, salah satu harapan muslim di bulan Ramadhan adalah meraih lailatul qadar.
BACA JUGA: Lailatul Qadar
Sayangnya, kapan datangnya lailatul qadar itu tak dapat diketahui dengan pasti. Dalam riwayat hadis hanya disebutkan beberapa tanda lailatul qadar.
Berikut tanda lailatul qadar tersebut:
1 Malam ganjil di Penghujung Ramadhan
Keterangan ini berasal dari hadits dari Aisyah yang menyebutkan, “Rasulullah SAW beritikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan dan ia bersabda, ‘Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadan.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
2 Suasana malam yang tenang
Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda:
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)
Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.
Ibnu Katsir menafsirkan QS Al Qadar ayat 4 sebagai berikut:
يكثر تنزل الملائكة في هذه الليلة لكثرة بركتها، والملائكة يتنزلون مع تنزل البركة والرحمة، كما يتنزلون عند تلاوة القرآن ويحيطون بحلق الذكر، ويضعون أجنحتهم لطالب العلم بصدق تعظيما له.وأما الروح فقيل: المراد به هاهنا جبريل
“Banyak malaikat yang akan turun pada Lailatul Qadar karena banyaknya barokah (berkah) pada malam tersebut. Karena sekali lagi, turunnya malaikat menandakan turunnya berkah dan rahmat. Sebagaimana malaikat turun ketika ada yang membacakan Al-Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada dalam majelis dzikir (majelis ilmu). Dan malaikat akan meletakkan sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan mereka. Adapun “ar-ruh” ada pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah malaikat Jibril.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim 8/444, Darul Thayyibah, 1420 H, syamilah)
BACA JUGA: Ini Pendapat Ulama tentang Lailatul Qadar
3 Bulan Hanya Sepotong
Dalam sebuah riwayat, Abu Hurairah pernah berbicara dengan Nabi Saw tentang lailatul qadar. Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.”
4 Dapat dilihat dalam mimpi
Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat. Dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa ada sahabat Nabi SAW yang melihat lailatul qadar dalam mimpi.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ – رضى الله عنهما – أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْمَنَامِ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ، فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ »
“Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa ada seorang dari sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diperlihatkan lailatul qadar dalam mimpi ketika tujuh hari terakhir (dari bulan Ramadhan). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Aku tahu bahwa kalian melihat lailatul qadar pada tujuh hari terakhir Ramadhan. Siapa yang sungguh-sungguh dalam mencarinya, maka carilah di tujuh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Demikian juga Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam melihatnya dalam mimpi. Sahabat Abdullah bin Unais berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيْتُهَا, وَأَرَانِيْ صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِيْ مَاءٍ وَطِيْنٍ)), قَالَ: فَمُطِرْنَا لَيْلَةَ ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ, فَصَلَّى بِنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْصَرَفَ, وَإِنَّ أَثَرَ الْمَاءِ وَالطِّيْنِ عَلَى جَبْهَتِهِ وَأَنْفِهِ, قَالَ: وَكَانَ عَبْدُ اللهِ بْنُ أُنَيْسٍ يَقُوْلُ: ثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ.
“Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Aku telah diperlihatkan Lailatul Qadr kemudian aku dibuat lupa, dan aku bermimpi bahwa aku bersujud di atas tanah dan air”. Maka kami dihujani pada malam yang ke dua puluh tiga, Rasulullah shalat bersama kami, kemudian beliau pergi sedangkan bekas air dan tanah (masih melekat) di dahi dan hidungnya”. (HR. Muslim 2/826 no. 1167)
BACA JUGA: Cara Mudah Mengetahui Lailatul Qadar
5 Sinar matahari keesokan harinya
Salah satu tanda datangnya malam Lailatul Qadar adalah suasana paginya yang tenang. Dalam hadis riwayat Ibnu Abbas, Nabi Saw bersabda:
“Lailatul Qadar adalah malam tenteram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.”
Dinukil dari Shohih Fiqh Sunnah II/149-150, Abi bin Ka’ab meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim)
Ibnu Khuzaimah juga mengatakan bahwa, “Lailatul Qadar ini adalah malam yang tidak panas atau dingin.”
Tanda lain yang ditunjukan matahari adalah sinarnya yang cerah tapi tidak panas atau terik.
Sahabat Ubay bin Ka’ab menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Keesokan hari setelah Lailatul Qodar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan.”
Imam An-Nawawi memberikan dua penjelasan mengapa terjadi demikian.
Pertama, memang Allah menginginkannya demikian, Dia ingin matahari terbit istimewa setelah malam yang juga istimewa.
Kedua, hal ini disebabkan banyaknya malaikat yang memenuhi langit sehingga menghalangi sinar matahari. []