DALAM madzhab Syafii, terdapat 3 unsur dalam shalat. Pertama, rukun shalat. Kedua, sunnah ab’adh. Ketiga, sunnah haiat.
Dalam Ensiklopedi Fiqh Sunah ab’adh dinyatakan,
وأبعاض الصّلاة في اصطلاح الشّافعيّة : هي السّنن الّتي تجبر بسجود السّهو ، وهي القنوت في الصّبح ، أو في وتر نصف رمضان ، والقيام له ، والتّشهّد الأوّل ، وقعوده ، والصّلاة على النّبيّ صلى الله عليه وسلم على الأظهر
Suah ab’adh dalam shalat adalah istilah syafiiyah. Itulah amalan-amalan shalat yang bisa ditutupi dengan sujud sahwi. Diantaranya, qunut ketika subuh, atau ketika witir di pertengahan Ramadhan, berdiri ketika qunut, bacaan tasyahud awal, duduk tasyahud awal, dan membaca shalawat untuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menurut pendapat yang kuat. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 8/126)
Jika dijabarkan, yang termasuk sunah ab’adh adalah:
1. Duduk tasyahud awal
2. Bacaan tasyahud awal, mulai at-Tahiyatu lillaah… sampai wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuluh,
3. Bacaan shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah membaca tasyahud awal. Yaitu membaca Allahumma shalli ‘ala Muhammad.
4. Bacaan shalawat untuk keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah membaca tasyahud akhir. Mulai wa ‘ala Aali Muhammadsampai innaka hamidum majid.
5. Qunut ketika i’tidal di rakaat kedua shalat subuh dan ketika witir pasca pertengahan ramadhan.
6. Berdiri ketika qunut.
(al-Mu’tamad fi al-Fiqh as-Syafii, 1/309)
Lalu bagaimana jika sunnah ab’adh ini tidak ditunaikan?
Menurut Syafiiyah, meninggalkan sunah ab’adh makruh tetapi tidak termasuk membatalkan shalat. Jika tidak ditunaikan karena sengaja atau lupa, maka harus menggantinya dengan sujud sahwi. Allahu a’lam