INDONESIA memang bukan negara agama, bukan pula pusat Islam dunia. Namun, sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar, Indonesia pun turut mewarnai khazanah Islam di dunia.
Sejak awal abad ke-19, Indonesia punya peran penting di Mekkah dan Madinah. Hal ini terbukti dengan diangkatnya salah satu ulama Indonesia menjadi imam besar di Masjidil Haram.
Siapakah ulama tersebut?
Namanya adalah Syekh Junaid al-Batawi. Ia berasal dari Jakarta. Dalam buku Genealogi Intelektual Ulama Betawi terbitan 2011, dijelaskan bahwa al-Batawi merupakan poros silsilah ulama Betawi dalam masa modern. Ia digelari sebagai gurunya guru (syaikhul masyakih) para ulama mazhab Syafii dari pelbagai penjuru dunia.
Pemerhati sejarah Jakarta, Alwi Shahab, menyebut 1840 sebagai tahun meninggalnya Syekh Junaid al-Batawi. Namun, pendapat berbeda disampaikan budayawan Betawi Ridwan Saidi. Ia menjelaskan pada 1894-1895 sang syekh berusia hampir 90 tahun berdasarkan catatan Snouck Hurgronje yang pernah menyusup ke Makkah. Orientalis Belanda itu diketahui sempat mencoba bertemu dengan Syekh Junaid al-Batawi, tetapi sang imam Masjid al-Haram tersebut menolaknya.
Catatan Hurgronje kemudian menjadi buku berjudul ‘Mecca in the Latter Part of 19thCentury’. Dari catatan itulah terungkap bahwa Syekh Junaid al-Batawi telah bermukim di Makkah selama 60 tahun sejak 1834.
Banyak ulama Nusantara yang berguru kepada Syekh Junaid al-Batawi. Syekh Nawawi al-Bantani (wafat 1897) dan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (wafat 1916) merupakan dua ulama besar Indonesia yang sempat menimba ilmu kepadanya.
Pada 1925, saat kekuasaan politik Syarif Ali atas Makkah dan Madinah berganti ke tangan Ibnu Saud, ada satu syarat yang diajukan penguasa Mekkah-Madinah tersebut yaitu terkait posisi Syekh Junaid al-Batawi dan keluarganya.
Syarif Ali berpesan pada Ibnu Saud agar Syeikh al Bantani dan keluarganya tetap dihormati layaknya keluarga kerajaan sendiri.
dalam sebuah seminar pada 1987, Buya Hamka mengungkapkan bahwa poin permohonan Syarif Ali tersebut disetujui Ibnu Saud. Maka, sampai saat ini, keturunan Syekh Junaid al-Batawi mendapatkan posisi yang cukup terpandang di tengah masyarakat Arab, baik dalam bidang keilmuan maupun perniagaan.
Syekh Junaid al-Batawi diketahui memiliki seorang istri, yakni Siti Rohmah. Mereka dikaruniai empat orang anak, dua laki-laki dan dua perempuan. Anak laki-laki bernama Asad dan Said. Sedangkan anak perempuannya menjadi jodoh dari Syekh Mujitaba al-Batawi dan Abdurrahman al-Mishri. []