BERJANJI sudah menjadi suatu hal yang tak dapat dilepaskan dalam hubungan sosial manusia. Karena setiap manusia pasti memiliki urusan yang membutuhkan orang lain untuk ikut andil dalam urusan tersebut. Maka, janjilah yang biasanya diharapkan oleh seseorang sebagai jaminan bahwa ia akan turut serta dalam kegiatan yang akan dilakukan oleh setiap insan.
Ketika berjanji, banyak orang yang berkata “Insya Allah”. Sebenarnya apa arti kata tersebut? Segala sesuatu yang menyangkut “nanti atau besok”, tergolong dalam pengertian “akan datang”. Manusia tidak dapat memastikan kecuali bila dikehendaki Allah.
Allah SWT berfirman, “Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, ‘Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi,’ kecuali dengan menyebut, ‘Insya Allah’,” (QS. Al-Kahfi: 23-24).
Sesuatu yang menyangkut akan datang mencakup lima unsur:
Pertama : Pelaku (subjek)
Kedua : yang diperlakukan (objek)
Ketiga : waktu dan tempat kejadian
Keempat : sebab musabab
Kelima : kekuatan dan kemampuan yang diperlakukan untuk pelaksanannya.
Apabila seorang berkata, “Besok saya akan pergi ke tempat si fulan untuk membicarakan masalah anu.” Orang itu tidak mempunyai jaminan kalau ia akan tetap hidup sampai besok. Begitu juga yang akan ditemui. Kalau ia esoknya bisa pergi, mungkin waktunya tidak tepat, atau tempatnya berubah atau mungkin esoknya orang itu berhalangan baik secara fisik atau mental, atau juga berubah niat untuk melaksanakannya. Jadi, manusia tidak kuasa menentukan kelima unsur itu.
Semuanya dikembalikan kepada pengaturnya, yaitu Allah Yang Mahakuasa. Manusia harus menurut perintah-Nya, mengucapkan kata insya Allah (apabila Allah menghendaki). Apabila Allah tidak menghendaki pasti rencana itu gagal. []
Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani