ZUHUD memiliki arti melupakan dunia untuk mencintai Allah SWT. Seorang muslim pun haruslah mengetahui perkara yang merupakan inti zuhud.
Sebagian hukama mengatakan,
“Zuhud itu mengandung lima perkara inti, yaitu keyakinan total kepada Allah, melepaskan diri dari merasa butuh kepada makhluk, ikhlas dalam beramal, tabah terhadap perlakukan zalim dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki.”
berikut penjelasan dari kelima inti zuhud di atas:
1. Inti Zuhud: Keyakinan Total kepada Allah SWT
Yakin di sini adalah yakin penuh kepada keberadaan Allah, kepada aturan-aturan-Nya dan pastinya juga menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.
Dengan keyakinan yang kokoh kepada Allah, maka akan mengantarkan seorang hamba pada kesadaran akan kewajibannya.
Karena ia sadar bahwa dirinya memiliki kewajiban kepada Allah yaitu dengan beribadah kepada-Nya.
Orang yang yakin kepada Allah pun tidak akan takut dengan segala yang akan terjadi, karena yakin bahwa Allah pasti memberi perlindungan, pertolongan dan jalan yang terbaik.
Allah berfirman,
“Barangsiapa menyangka bahwa Allah tidak akan menolongnya di dunia dan di akhirat, maka hendaklah dia merentangkan tali ke langit-langit, lalu menggantung (diri), kemudian pikirkanlah apakah tipu dayanya itu mampu melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya”. (QS Al-Hajj: 15).
BACA JUGA: Cara Menggapai Tingkatan Zuhud
2. Inti Zuhud: Melepaskan Diri dari Merasa Butuh kepada Makhluk
Seorang muslim hendaknya hanya bergantung kepada Allah SWT. Jangan sampai seorang muslim menggantungkan dirinya pada makhluk.
Karena manusia adalah makhluk terbatas yang memiliki kekurangan pula. Maka harus menggantungkan sepenuhnya kepada Allah semata bukan yang lain.
Rasulullah ﷺ bersabda,
“jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.” (HR. Ahmad).
Manusia juga sering kali memiliki sifat licik dan tidak dapat dipercaya, maka janganlah seorang muslim terlalu berharap kepada manusia.
Apalagi sampai terikat dan sulit melepas diri, bila hal itu terjadi maka segeralah kembali kepada Allah sebagai sebaik-baiknya tempat bergantung.
3. Inti Zuhud: Ikhlas dalam Beramal
https://www.youtube.com/watch?v=vZIMqQpqVgM
Ikhlas dalam beramal sering kali sulit untuk dijalankan oleh setiap muslim. Seperti ingin dipuji, ingin mendapatkan keuntungan dan lain-lain.
Allah berfirman,
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya)”. (QS. An-Nisa: 125).
Ini menunjukkan hendaknya seorang muslim ikhlas beramal hanya karena Allah semata, bukan karena yang lainnya.
Jangan sampai yang didapat hanya lelah saja tapi tak mendapat pahala dari Allah karena belum ikhlas dalam beramal.
Karena hakikat dari beramal itu salah satunya niat karena Allah SWT. Bila niatnya salah maka akan menghantarkan pada tujuan yang lain.
BACA JUGA: Aswad bin Yazid, Guru bagi Orang-Orang Zuhud
4. Inti Zuhud: Tabah terhadap Perlakuan Zalim
Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153).
Maka seorang muslim itu hendaknya tabah, yaitu sabar dalam menghadapi kenyataan hidup ini. Mulai dari kenyataan yang baik dan yang buruk.
Karena akan selalu ada orang-orang zalim beserta perlakuannya. Itu salah satu cara Allah menguji seberapa tabah hamba-Nya.
5. Inti Zuhud: Sifat Qana’ah (Merasa Cukup) dengan Apa yang Dimiliki
Qana’ah yaitu menerima dan selalu merasa dirinya cukup. Qana’ah pun adalah bentuk bersyukur kepada Allah.
Yaitu tidak mengeluh, tidak mencintai hal-hal duniawi dan merasakan hidup tenteram. Karena diri selalu merasa cukup pada setiap nikmat dari Allah SWT.
Bukan hanya soal rezeki, qana’ah juga berarti berlapang dada atas segala ketentuan, ketetapan dan musibah yang menimpanya.
BACA JUGA: Sosok Ibnu Taimiyyah, Ulama Besar yang Zuhud
Itulah kelima yang merupakan inti dari zuhud. Mudah-mudahan setiap muslim bisa mengamalkan inti zuhud di atas dan menjadi muslim yang seutuhnya.
Semoga setiap muslim pun menyadari, bahwa setiap diri tidak perlu bangga dengan kepemilikan dunia dan janganlah sedih apabila dunia hilang dari tangan.
SUMBER: Nasha ‘ih al-‘ibad fi Bayani Alfahzi al-Munabbihat’ala Isti’dad Li Yaum al-Ma’ad | Oleh: Syekh Nawawi al-batani | Penerjemah: Fuad Saifudin Nur | WALIPUSTAKA | 2016