TEHERAN—Diplomat Iran Mohammad Javad Zarif, dalam surat yang disampaikannya ke sejumlah menlu negara lain, mengatakan dunia harus melawan perlakuan semena-mena Amerika Serikat.
Presiden Donald Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir antara Iran dan sejumlah negara besar dunia yang disepakati pada 2015 lalu. Perjanjian itu menjamin pencabutan sanksi untuk Teheran sebagai imbalan pembatasan program nuklir.
Zarif mengatakan kesepakatan itu merupakan hasil dari “pembicaraan multilateral yang teliti, sensitif dan berimbang” sehingga tak bisa direnegosiasi sebagaimana dituntut oleh Amerika Serikat belakangan ini.
“JCPOA (kesepakatan nuklir Iran) bukan milik pihak yang menandatangani, sehingga satu pihak bisa menolaknya berdasarkan kebijakan domestik atau perbedaan politik dengan pemerintahan pendahulu,” kata Zarif dalam surat itu.
Dia mengatakan pengunduran diri AS dari kesepakatan dan “metode merundungnya untuk memaksa pemerintahan lain sepakat” dengan keputusan itu telah mendiskreditkan hukum di arena internasional.
Trump meninggalkan perjanjian itu pada 8 Mei. Dia menginginkan kesepakatan lebih besar yang tak hanya terbatas pada program nuklir, tapi juga terkait proksi di Suriah, Irak, Yaman dan Libanon.
Sementara itu, negara yang masih mendukung kesepakatan, Perancis, Jerman, Inggris, Rusia dan China, masih memandang perjanjian internasional itu sebagai upaya menghentikan upaya Teheran membuat senjata nuklir.
Dalam surat itu Zarif meminta “negara-negara yang mendukung kesepakatan dan rekanan dagang lain” untuk “menambal kerugian Iran” akibat kepergian AS, jika ingin menyelamatkan perjanjian ini. []
SUMBER: IRNA | REUTERS