GUYANA–Seorang muslim terpilih menjadi presiden di sebuah negara Amerika Selatan pada Ahad (3/8/2020). Dia tak lain Mantan Menteri Perumahan Guyana, Irfaan Ali.
Irfaan ditetapkan sebagai pemenang pemenang pemilu yang sempat disengketakan pada 2 Maret silam menyusul penghitungan kembali. Setelah hasil pemilu ditetapkan, Irfaan Ali menjadi pemenang pemilihan presiden dengan mengantongi suara terbanyak. Penghitungannya dikeluarkan Juni lalu.
Irfaan Ali lahir di Leonora, kota di salah satu pulau yang membentuk Guyana. Dia meraih gelar doktor dalam perencanaan kota dan menjadi anggota kongres dari 2006 sampai 2015.
BACA JUGA: Halimah Yakob; Presiden Muslimah Pertama Singapura yang Pernah Jualan Nasi Padang
Saat menjadi Menteri Perumahan, ia menerapkan strategi yang belum pernah diambil sebelumnya, dengan penyebaran merata rumah bagi orang dari semua tingkatan sosial dan geografi.
Irfaan juga menjadi anggota partai selama lebih dari 20 tahun dan memimpin salah satu komisi yang sangat penting yaitu pertanggungjawaban publik. Dirinya juga pernah bekerja sebagai koordinator Bank Pembangunan Karibia.
Sebelumnya, dalam kampanye Pemilihan Presiden, Irfaan Ali mengangkat program untuk sektor ekonomi yang paling tertinggal serta memberdayakan komunitas bisnis. Di antara kebijakan yang diambil adalah menghapus pertambahan pajak di sektor kunci seperti listrik, air dan fasilitas kesehatan.
Melansir dari laman BBC News, politisi berusia 40 tahun terlahir dari keluarga muslim berdarah India. Ia akan memimpin negara yang perekonomiannya tumbuh 14 kali lebih tinggi dari China tahun ini. Hal itu menjadikan Guyana sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia, menurut data Dana Moneter Internasional (IMF).
Guyana adalah negara miskin dengan penduduk sekitar 800 ribu jiwa. Negara itu mendadak menjelma menjadi negara baru penghasil minyak setelah konsorsium yang dipimpin oleh Exxon Mobil Corp, mulai memproduksi minyak di lepas pantainya.
BACA JUGA: Ini Dia Muslim Tercerdas di Dunia
Guyana telah menemukan cadangan minyak lima tahun lalu dan produksi serta ekpor minyak mentah dimulai tahun ini. Meski cadangan minyak yang ada tidak sebesar produsen terbesar minyak dunia, apa yang diperoleh cukup untuk mengangkat perekonomian ke tingkatan yang belum pernah terjadi dalam sejarah negara itu.
“Produksi minyak akan menjadi antara 700.000 sampai satu juta barel per hari,” ucap pakar di perusahaan konsultasi minyak Wood Mackenzie, Marcelo de Assis.
Jumlah ini serupa dengan produsen minyak menengah seperti Kolombia. Namun, bila dibandingkan dengan jumlah penduduk, dampak yang dihasilkan lebih besar terhadap Guyana, karena penduduk Kolombia, 50 kali lebih sedikit. Guyana dapat menjadi negara produsen minyak terbesar dunia jika dibandingkan produksi per barel dan per individu. []
SUMBER: BBC