BOM Hidrogen yang kini tengah ramai dikaitkan Korea Utara lantaran mampu membuat ‘gempa’ yang mengagetkan Cina. Pada kenyataannya, bom yang diklaim 1000 kali lebih kuat dibandingkan bom atom ini ternyata dimiliki beberapa negara, tak terkecuali Israel.
Melansir Time, bom hidrogen dirancang oleh dua Yahudi, Edward Tiller asal Hungaria dan Stanislaw Olam asal Polandia, bom hidrogen diproduksi untuk kepentingan AS, di mana kedua Yahudi ini tinggal. Lalu Tiller mengirim keberhasilannya tersebut ke Israel, yang berhasil memproduksi tiruannya pada tahun 1960-an. Israel termasuk menjadi yang pertama melakukan ujicoba bom hidrogen setelah Amerika, pada tahun 1979, di selatan samudra Atlantik.
Bertolak belakang dengan Korea Utara, kepemilikan bom hidrogen oleh Israel sama sekali tidak menghadapi “sanksi internasional” atau ancaman “penghapusan dari peta.” Ancaman ini sebagaimana dilontarkan Presiden AS Donald Trump, beberapa hari yang lalu terhadap Pyongyang.
Semua itu terlepas dari catatan bahwa Israel, dari dulu hingga sekarang masih terus melakukan kejahatan paling brutal terhadap Palestina.
Patut disebutkan bahwa Amir Qatar, Tamin Hamad Ali Thani, dalam pidato di depan Majlis Umum PBB, meminta perhatian kepada bahaya nuklir Israel dan melakukan tekanan internasional untuk melucuti senjata tersebut. Hal itu harus menjadi perhatian semua pemimpin kawasan secara permanen dan kontinyu.
Selain tiga negara yang tersebut di atas (AS, Israel dan Korea Utara), Rusia, Prancis, Inggris dan Cina dipastikan memiliki bom hidrogen. Diyakini India dan Pakistan juga memilikinya. Belum diketahui secara pasti jumlah bom hidrogen yang dimiliki setiap negara tersebut.
Menurut “Persatuan Ilmuwan AS,” Rusia adalah negara yang paling banyak memiliki sekitar 7000 hulu ledak nuklir. Disusul AS yang memiliki 6800 hulu ledak nuklir, Cina 300 hulu ledak nuklir dan Israel 80 hulu ledak. []