SETIAP muslim laki-laki hendaklah memakmurkan masjid-masjid Allah dengan berbagai ibadah dan ketaatan karena padaNya ada keutamaan. Begitu mulianya memuliakan masjid, Allah Ta’ala sampai menyifati orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid-Nya sebagai orang-orang mukmin.
Sebagaimana dalam firman-Nya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah: 18)
BACA JUGA: Gelar Manajer di Usia Muda
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kamu melihat orang rajin mendatangi masjid, maka persaksikanlah ia sebagai orang yang beriman.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan beliau menghasankannya serta yang lainnya).
Seseorang yang mencintai sesuatu pasti hatinya akan selalu terpaut pada hal tersebut. Begitu pula kecintaan terhadap masjid. Beginilah sejatinya cinta yang hakiki.
“Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah yang pada hari itu tidak ada naungan kecuali dari Allah; salah satunya ialah seseorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid ketika ia keluar hingga kembali kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dicari Pemuda Masjid
Masjid merupakan salah satu sarana pembinaan umat yang mendapat perhatian begitu besar dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Bahkan, ketika Rasul hijrah dan sampai di Madinah, bangunan pertama yang didirikan adalah masjid yang kemudian dinamai masjid Nabawi.
Oleh karena itu, kita sebagai anak-anak muda muslim semestinya memiliki perhatian dan kecintaan yang besar terhadap Masjid. Kecintaan yang besar kepada masjid akan membuat kita memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap pemakmurannya.
Memakmurkan masjid bukan semata tugas si penjaga masjid. Pemuda muslim pun wajib ambil bagian. Namun, sedih sekali ketika mengetahui masjid yang jumlahnya banyak, namun minim jemaah.
Miris, ketika mengetahui masjid hanya diisi oleh segerombolan kakek sepuh. Suara adzannya jauh dari kata merdu.
Hanya segelintir pemuda yang terlihat memadati pojokan masjid ataupun mushalla. Kemana para pemuda-pemudi dan muslim lainnya? Kita semakin sadar, jarang sekali terdengar suara azan yang tangkas, cadas, dan tegas, yang dilafazkan anak-anak muda.
Saat ini, banyak kita dapati masjid atau mushalla khususnya di tengah kota, sepi dikala waktu shalat lima waktu. Di mana diri kita saat adzan berkumandang, padahal panggilan cinta Allah memanggil kita?
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya: Dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Bagian negeri yang paling Allah cintai adalah masjid-masjidnya, dan bagian negeri yang paling Allah benci adalah pasar-pasarnya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah).
Tidak terpungkiri tidak sedikit masyarakat muslim lebih senang nongkrong di warung kopi, “warkop” kata orang jawa timur, “angkringan” kata orang jawa tengah, ataupun kafé-kafe ketika waktu shalat tiba. Kumandang azan sama sekali tak dipedulikannya.
BACA JUGA: Masjid Kristal di Malaysia, Canggih nan Eksotis
Ada juga yang ramai menggelar nobar (nonton bareng) sepakbola di malam hari dengan niatan silaturahim. Namun berbalik sedih jika aktivitas tersebut mengakibatkan lalai di waktu subuh.
Nun di sini, masjid-masjid masih terlihat sepi. Kumdangan azan terabai. Kemana generasi muda dan pemegang kejayaan Islam?
Rela menempuh jarak jauh tuk sekedar cari hiburan dan seru-seruan. Namun letoy melangkah hanya sekian meter ‘tuk penuhi seruan adzan. Beginikah tren pemuda kekinian? Naudzubillah min dzaalik. Wallahu a’lam []