KUALA LUMPUR — Dosen Monash University asal Indonesia Prof Dr H Nadirsyah Hosen LLM MA PhD mengatakan Islam harus lebih banyak ciptakan saintis atau ilmuwan
“Kalau kita ingin memperbaiki peradaban Islam harus memperbanyak saintis bukan memperbanyak ahli fikih. Bukannya ahli fikih tidak penting, tetapi ahli fikih tetap penting,” katanya, pada seminar KAHMI Malaysia, di KBRI Kuala Lumpur, Minggu (30/7/2017)kemarin seperti
Nadirsyah yang sedang mengerjakan tugas di Kuala Lumpur itu, membawakan materi pada seminar yang berjudul “Kontribusi Muslim Nusantara terhadap Perdamaian Dunia”. Turut hadir pada seminar itu Ketua KAHMI Malaysia Kunrat Wirasubrata yang juga Direktur Islamic Development Bank (IDB), Atase Politik KBRI Kuala Lumpur Agung Cahya Sumirat, dan sejumlah undangan lainnya.
Atase Politik KBRI Kuala Lumpur Agung Cahya Sumirat mendukung kegiatan ini, karena dari sisi tema sangat konstruktif. “Perdamaian dunia yang kita harapkan belum terjadi. Terorisme, radikalisme, rasisme masih menjadi ancaman. Diskusi ini mampu menjadi platform bagi kita. Ada perwakilan parpol. Ini tradisi baik. Ini bukan sesuatu yang given tetapi perlu didorong dan dilestarikan,” katanya lagi.
“Perintah pertama Islam itu adalah iqra atau membaca, bukan perintah umrah tiap bulan, bukan perintah haji setiap tahun. Karena itu, pahala mendirikan perpustakaan sama dengan mendirikan masjid,” katanya lagi.
Nadirsyah mengatakan Indonesia dahulu mempunyai ulama-ulama hebat seperti Syech Nawawi Al Bantani dan lain-lain yang mengajar di Masjidil Haram, sedangkan dirinya sekarang mengajar di Monash.
“Islam itu rahmatan lil alamin, Islam bukan rahmatan lil muslimin, makanya Islam mengatur bagaimana mengatur dengan semesta. Mau di mana pun berada baik mayoritas atau minoritas kita harus menebar rahmat,” pungkasnya.[]