KETIKA kita merasa terusik, di mana seseorang mulai meremehkan dan menggap lemah diri kita, tentu ada rasa sakit yang terbenam dalam hati. Hati terasa terluka dengan perkataan atau pun perbuatan yang menyinggung perasaan kita. Maka, di situlah seringkali, banyak orang yang menyimpan amarah dan menimbulkan rasa dendam.
Seseorang yang menyimpan dendam terhadap orang lain biasanya menginginkan orang lain merasakan seperti apa yang ia rasakan. Jelas, Islam tidak menganjurkan umatnya untuk mempunyai sifat pedendam. Namun, tahukah Anda bahwa terdapat satu cara terbaik balas dendam dalam Islam. Apakah itu? Cara tersebut adalah dengan menjadi jiwa yang pemaaf.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidaklah seseorang memaafkan kedzaliman (terhadap dirinya) kecuali Allah akan menambah kemuliaannya,” (HR. Ahmad, Muslim dan Tirmidzi).
Lalu, bolehkah kita membela diri saat didzalimi? Allah SWT berfirman, “Dan bagi orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan dzalim mereka membela diri. Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah, sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang dzalim.
Dan sesungguhnya orang-orang yang membela diri setelah teraniaya tidak ada satupun dosa atas mereka, sesungguhnya dosa itu atas orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampaui batas di muka tanpa hak. Mereka mendapat adzab yang pedih. Tetapi orang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang amat utama,” (QS. Asy Syuro: 39-43).
Dengan demikian jelaslah bahwa dosa tidak dibalas dengan dosa. Namun, seringkali kita terbawa oleh hati yang panas untuk membalas dosa dengan dosa. Seperti ketika kita mendengar orang lain menjelek-jelekan kita sering terbawa emosi lalu menjelek-jelekkannya. Padahal jika ada orang yang menjelek-jelekan kita, kemudian dia membuka aib kita kepada orang lain maka pahala orang tersebut akan dilimpahkan ke kita. Sedangkan dosa dalam dirinya akan bertambah.
Mengenai hal ini, Rasulullah ﷺ bersabda, “Apabila ada seseorang yang mencacimu atau menjelek-jelekanmu dengan aib yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah kamu balas memburukkannya dengan aib yang kamu ketahui ada padanya. Maka pahalanya untuk dirimu dan dosanya untuk dia,” (HR. Al Muhamili dalam Amalinya no 354, Hasan).
Islam melarang umatnya untuk memiliki sifat pedendam. Mengapa? Karena sifat pedendam hanya akan membuat seseorang kehilangan akhlaknya dan membuat dirinya semakin jauh kepada Allah SWT. Sangat jelas bahwa Allah SWT dan Rasulullah ﷺ sangat benci orang-orang yang berperilaku dendam. Allah SWT menganjurkan untuk saling memaafkan.
Allah SWT berfirman, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,” (QS. Ali Imran: 133-134).
Nah, itulah salah satu cara terbaik kita untuk membalas dendam. Menjadi jiwa pemaaf akan lebih melampiaskan rasa dendam kita. Meski terkadang rasa kesal dalam hati itu masih tersimpan, tapi jiwa pemaaf akan melunturkannya. Sehingga, kebencian dan amarah tidak akan bertahan lama dalam hati kita. Wallahu ‘alam. []
Sumber: www.isikulkas.com