DI tahun 80-an, tidak ada yang tidak mengenal Mike Tyson. Ia juara dunia tinju kelas berat. Ia sanggup melumpuhkan rivalnya di atas ring hanya dengan satu kali pukulan dalam satu ronde saja. Ia dijuluki “Leher Beton”. Ia kini seorang Muslim.
Tyson menjadi juara dunia tinju kelas berat termuda di usia 20 pada 1986 dengan mengalahkan Trevor Berbick di perebutan gelar juara dunia kelas berat WBC. Setahun kemudian, merebut gelar juara dunia kelas berat WBA dan IBF.
Pada 1992, karir Tyson mulai terpengaruh kehidupannya di luar ring. Saat itu Tyson harus hidup di balik jeruji selama tiga tahun karena melakukan pemerkosaan. Setelah dikalahkan Evander Holyfield pada November 1996, kehebatan Tyson di atas ring tinggal sejarah.
Setelah itu Tyson harus melewati masa sulit termasuk kebangkrutan dan hanya beberapa kali melakukan pertarungan sekadar mencari nafkah. Tyson pun mengungkapkan mengapa karir tinjunya rusak.
“Saat itu saya seorang bajingan, dan psikopat. Saya pikir saya juara dunia. Tidak akan ada petinju yang menelan obat-obatan lebih banyak daripada saya. Bahkan saya tidak menyangka bisa hidup lebih dari 30 tahun. Saya beruntung masih bisa hidup. Tinju telah membuat saya gila,” paparnya kepada Speigel.
Tyson memeluk Islam ketika masih dipenjara pada pertengahan tahun 1990. Secara resmi, tahun 1995, selepas dari penjara di Indiana, Tyson mengumumkan hijrah memeluk agama Islam yang telah dipelajarinya selama di dalam penjara, dengan nama baru Malik Abdul Aziz
Tyson kini tinggal di Las Vegas dengan istri ketiganya, Lakiha, dan dua putra-putri, Morocco serta Milan. Tyson mengaku senang dengan kehidupan yang dijalaninya saat ini.
“Saya hanya ingin menjadi ayah yang baik. Saya ingin anak-anak memandang saya seorang ayah yang baik. Saya tidak minum alkohol, tidak merokok, tidak minum obat-obatan. Saya vegetarian, tidak makan daging dan telur.” [islampos/Spiegel]