Oleh: Mahardy Purnama
Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam UIN Alauddin Makassar
Fakta sejarah mengatakan bahwa Barat (Eropa), menjadi bangsa yang maju dan modern karena mereka meninggalkan agama mereka (Kristen).
Sementara dunia Timur (Islam) menjadi bangsa tertinggal dan terjajah, karena orang-orang Islam meninggalkan agama mereka (Islam).
SEBAGIAN orang beranggapan bahwa Islam hanyalah sebatas masjid, shalat, ngaji, baca do’a dan semisalnya. Bahkan ketika melihat sebagian kaum Muslimin yang hidup seperti rahib dan pendeta hidupnya seputar masjid dan rumah, mereka memandang seperti itulah Islam.
Tentu saja itu adalah anggapan yang tidak benar. Jika Islam dipandang hanya sebatas rumah ke masjid, hidup diam dalam rumah, terus berdo’a dalam masjid dan tak pernah berusaha jelas ini menyalahi sunnah Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.
Islam merupakan agama yang tinggi, lebih dari itu islam adalah sebuah peradaban yang agung. Jika saja Islam sebatas hidup melepaskan diri dari dunia, Rasulullah tidak mungkin memerintahkan para sahabatnya untuk belajar.
Disebutkan bahwa orang-orang nonmuslim yang pandai membaca ketika menjadi tawanan umat Islam, diminta untuk mengajarkan baca tulis kepada umat Islam yang tidak pandai membaca.
Jika saja Islam itu hanya memerintahkan untuk hidup apa adanya di dunia ini, hanya beribadah shalat siang dan malam untuk menunggu mati lalu masuk surga, Rasulullah tidak akan pernah memerintahkan umat Islam untuk menaklukkan daerah-daerah kekuasaan Romawi dan Persia yang menjadi negara superpower pada saat itu.
Akan tetapi tidak demikian. Sebaliknya, Nabi memerintahkan sahabatnya belajar, mencari ilmu, hingga seorang sahabat ada yang diperintahkan untuk mempelajari bahasa-bahasa bangsa lain.
Dan pada saat Perang Ahzab, Nabi mengabarkan bahwa suatu saat umat Islam akan menaklukkan Konstantinopel. Satu kota yang menjadi pusat peradaban umat Kristen saat itu. Ini menjadi kenyataan setelah 800 tahun kemudian, Konstantinopel berhasil ditaklukkan pada tahun 1453 M.
Ketika Nabi wafat, para sahabatnya dan umat Islam melanjutkan estafet perjuangan Rasulullah. Sedikit demi sedikit daerah-daerah dan kota-kota ditaklukkan.
Pada masa khalifah kedua, Umar bin Khattab, Persia (Iran) dikalahkan, Jerusalem dan baitul maqdis direbut dari umat Nasrani. Islam pada saat itu hampir menguasai setengah dari dunia ini.
Pusat Peradaban Dunia
Baghdad
Islam juga pernah menjadi sebuah peradaban yang maju dan modern serta mendapat pujian hingga hari ini.
Baghdad sejak awal berdirinya pada tahun 762 M telah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Dalam pembangunan kota Baghdad, khalifah al-Manshur dari Dinasti Abbasiyah mempekerjakan ahli bangunan, terdiri dari arsitek, tukang batu, tukang kayu, ahli lukis, ahli pahat, dan lainnya. Mereka didatangkan dari Suriah, Mosul, Bashrah, dan Kufah yang berjumlah sekitar 100.000 orang.
Kota ini berbentuk bundar, di sekililingnya dibangun tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar tembok dibangun parit yang berfungsi sebagai saluran air sekaligus sebagai benteng.
Masa keemasan kota ini terjadi pada masa Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M), dan anaknya al-Makmun (813-833).
Pada masa keduanya Baghdad menjadi pusat peradaban dan kebudayaan tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang pesat. Bahkan khalifah al-Makmun memiliki perpustakaan Baitul Hikmah yang penuh dengan buku-buku ilmu pengetahuan.
Di Baghdad juga berdiri perguruan tinggi. Yang terkenal adalah perguruan an-Nizhamiyah didirikan oleh Nizhamul Mulk. Di kota ini lahir para ilmuwan, ulama, filosof, dan sastrawan terkenal. Sebut saja al-Khawarizmi, seorang astronom dan pakar matematika penemu ilmu al-Jabar, al-farabi, Imam al-Ghazali, dan syaikh Abdul Qadir al-Jailani, dan masih banyak lagi.
Andalusia (Spanyol)
Andalusia (spanyol) yang hari ini merupakan negara dengan klub sepakbola terhebat di dunia: Barcelona dan Real Madrid, pertama kali dimasuki oleh umat Islam pada tahun 711 M dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
Setelah negeri ini berhasil dikuasai, ada beberapa kota-kota penting yang menjadi pusat peradaban diantaranya adalah Cordova dan Granada.
George Zaidan mengatakan bahwa bangunan yang terdapat dalam kota Cordova antara lain: 113.000 rumah rakyat, 430 istana besar kecil, 6.300 rumah pegawai negeri, 3.800 masjid, 900 tempat pemandian, 8.455 toko besar-kecil. Tercatat bahwa di Cordova terdapat 27 lembaga pendidikan, dan 70 perpustakaan. Di perpustakaan terdapat 400.000 buku, di samping itu masih ada perpustakaan pribadi.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman an-Nashir, Cordova diperindah dan diperluas, istana-istana kecil didirikan. Pada masanya pula dibangun universitas Cordova yang banyak didatangi oleh orang-orang Eropa non muslim untuk belajar.
Alumni-alumni Universitas Cordova inilah yang kemudian ketika pulang ke negaranya mendirikan perguruan tinggi dan menjadi gerbang lahirnya masa Renaissance pada abad ke-14 di Eropa setelah sekian lama terkungkung oleh hegemoni gereja dimana para ilmuwan tidak dibiarkan mengembangkan ilmunya jika bertentangan dengan gereja bahkan dihukum mati.
Bisa dibayangkan bagaimana Islam telah jauh menjadi sebuah peradaban yang maju dan modern pada saat itu, sementara Eropa masih berada dalam kegelapan dan jauh dari peradaban yang maju. Jauh sebelum Eropa memasuki masa Renaissance abad ke-14, yang menjadi gerbang kemodernan Eropa sekarang ini, Islam di Timur telah memancarkan cahayanya sebagai kota berperadaban.
Dunia dalam genggaman, Akhirat dalam hati
Sejarah mencatat Islam mencapai masa kejayaannya di masa lalu karena umat Islam sangat dekat dan kenal dengan agamanya (Islam).
Mereka tidak meninggalkan nilai-nilai agama Islam. Di tengah gemerlapnya kota Baghdad, Negeri Seribu Satu Malam saat itu, Khalifah Harun al-Rasyid masih meminta Imam besar di kota Madinah, Malik bin Anas untuk mengajarkan agama pada kedua putranya.
Dan Harun al-Rasyid ini juga terkenal dengan khalifah yang sering menangis karena rasa takutnya pada Allah subhanahu wa ta’ala.
Dua kota di atas (juga kota di negeri Islam yang lainnya) tidak akan mungkin menjadi kota yang maju, modern, dan berperadaban besar jika orang-orangnya ‘hanya’ berada dalam masjid, berdo’a tanpa berusaha, dan tidak mencari serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Tidak mungkin.
Sebaliknya, pada masa itu, agama dan ilmu-ilmu duniawi sejalan dan tidak terpisahkan. Ibnu Sina misalnya, yang terkenal sebagai bapak kedokteran dunia, bukunya dalam bidang kedokteran al-Qanun fi al-Thib pernah menjadi kitab rujukan di Eropa selama beberapa abad. Terlepas dari filsafatnya, ia adalah seorang penghafal al-Qur’an.
Islam tidak mengajarkan untuk hidup kerahiban dan hanya terus memikirkan akhirat. Lebih dari itu, Islam adalah sebuah peradaban, mengajarkan kepada umatnya untuk meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
Bukan berarti dunia adalah prioritas utama. Akan tetapi begitulah yang dilakukan oleh generasi pendahulu kita (salaf), menjadikan dunia dalam genggamannya dan akhirat di dalam hatinya. Kekuasaan di dunia yang mereka miliki tidak menjadikan mereka buta akan kehidupan akhirat.
Membaca sejarah, mengajarkan kita untuk maju ke depan. Bukan hanya mengenang. []