HIV ( Human Imunodefisiensi Virus) merupakan virus yang melemahkan atau melumpuhkan sistem kekebalan tubuh. Kumpulan gejala akibat lumpuhnya sistem imun ini dikenal dengan sebutan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) berdasar pengertian dari Wikipedia. Kasus HIV/Aids yang terus meningkat menjadi bayangan kelam Negeri ini.
Koordinator YCUI Kabupaten Buleleng Made Ricko Wibawa, Rabu 3/1/2018 (dalam Beritabali.com) mengungkapkan, berdasarkan sejumlah kasus yang ditemukan faktor utama penularan (HIV) berawal dari seks bebas. Banyak penderita AIDS berada diusia produktif, bahkan mengacu pada perkembangan yang terjadi, rata-rata peningkatan jumlah penderita antara 15-20 kasus perbulan.
BACA JUGA: Turki Kembangkan Android Pendeteksi Kanker, HIV dan Hepatitis
Dari data yang dihimpun Beritabali.com. Saat ini YCUI Buleleng tengah melakukan pendampingan terhadap 21 anak yang menderita HIV/Aids. YCUI Buleleng awalnya merawat sebanyak 35 anak, namun 10 anak tidak bisa diselamatkan karena sudah dalam kondisi terjangkit infeksi cukup parah.
Berdasarkan data kementrian kesehatan RI, selama tahun 2016 terdapat lebih dari 40 ribu kasus infeksi HIV di Indonesia. Dari jumlah tersebut HIV paling sering terjadi pada heteroseksual, diikuti oleh LSL (Lelaki Seks Lelaki) dan penggunaan NAPZA suntik (penasun). Ditahun yang sama lebih dari 7000 orang menderita AIDS, dengan jumlah kematian lebih dari 800 orang.
Dari data kementrian kesehatan diatas sangat jelas seks bebas, kelainan seksual (LGBT) serta NAPZA menjadi Permasalahan utama dalam penyebaran HIV/Aids, hal ini menunjukkan betapa parahnya tingkat dekadensi moral ditengah masyarakat, yang bahkan sudah berdampak pada anak-anak.
Berbagai upaya telah di lakukan untuk menanggulangi penyebaran HIV, diantaranya dengan slogan ABCD (Abstinence, Be faithful, Condom, No use drugh) namun nyatanya masih belum bisa membendung penyebaran HIV /Aids.
Budaya permisifisme dan liberalisme ditengah masyarakat semakin meningkatkan jumlah penderita HIV/Aids, ditambah kurangnya penjagaan negara terhadap generasi serta slogan yang seolah justru menyuburkan faktor utama penyebarannya (seks bebas) malah semakin meningkatkan jumlah penderita HIV/Aids.
Jauh berbeda dengan islam yang mampu memberikan solusi serta melindungi generasi dengan tata pergaulan islam yang menjauhkan diri dari perbuatan zina yang merupakan pintu masuk utama HIV/Aids, melarang praktek pornografi dan pornoaksi yang dapat merangsang syahwat, melarang peredaran narkoba dan hal-hal yang dapat merusak manusia itu sendiri.
Bukan sekedar seruan moral saja, tetapi islam juga menerapkan sanksi tegas yang dapat meberikan efek jera bagi pelaku seks bebas dan tindakan kriminal lain yang bisa merusak masyarakat masyarakat.
BACA JUGA: Alami “Edi”, Mestikah Jujur pada Calon Istri?
Solusi islam diatas bersifat preventif, seperti kata pepatah “mencegah lebih baik dari pada mengobati.” Hal ini jauh berbeda dengan solusi yang digencarkan oleh pemerintah saat ini yang lebih mengedepankan solusi bersifat kuratif/mengobati apa yang sudah terjadi. Sehingga menghasilkan solusi yang tidak menuntaskan, solusi yang berasal dari manusia yang bersifat lemah yang hanya bertumpu pada akal dan perasaan semata, sehinga menjadi berbeda pada tiap manusia, padahal pangkal persoalanya sama. Oleh karena itu sudah waktunya kita kembali kepada solusi islam, solusi yang dibuat oleh Zat yang Maha tidak terbatas. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.