Oleh: Siti Humairoh
Mahasiswi STEI SEBI
shumairoh95@gmail.com
ISLAMIZATION of Knowledge atau yang dikenal dengan islamisasi ilmu pengetahuan. Apa yang dimaksud dengan islamisasi ilmu pengetahuan? Islam adalah agama yang sempurna, jika berbicara islam yang dibahas bukan hanya tentang ibadah saja.
Semua ilmu pengetahuan memiliki nilai- nilai islam yang tak banyak orang mengetahuinya. Islamisasi ilmu pengetahuan adalah mendalami agama islam hingga terciptalah sebuah ilmu pengetahuan lainnya, yang mungkin selama ini kita ketahui bukan dari islam melainkan dari dunia –dunia barat. Seperti Ibnu Sina, Ibnu Sina dikenal sebagai bapak kedokteraan dunia, di barat Ibnu Sina dikenal dengan nama Avicenna bukunya yang menjadi rujukan teknologi rumah sakit dunia adalah Qanun fi al-Tibb (Canon of Medicine) hingga saat ini pun kitab karangannya ini masih menjadi bahan rujukan di setiap rumah sakit terutama pada akademi atau perguruan tinggi tentang kedokteran.
Islam tidak hanya melulu membahas tentang ibadah, agama ini adalah agama yang menyeluruh pembahasannya bukan hanya perihal ibadah namun juga membahas masalah biologi, fisika, matematika, dan ilmu- ilmu lainnya. Gagasan ini muncul untuk merespon perkembangan pengetahuan modern yang didominasi peradaban Barat non-islam.
Kemajuan ilmu pengetahuan di dunia islam terus memudar seiring dengan merosotnya kekuasaan politik Islam. Kebangkitan islam pada awal abad ke dua puluh diidentifikasi sebagai upaya memandang moderenisasi yang berkembang dalam bingkai islam. Selain itu sebagai respon dari tantanga tantangan dunia modern.
Kebangkitan islam bukan berarti menolak keehidupan modern. Akan tetapi mendorong umatnya untuk menjalani arus kehidupan modern yang memang tidak terbendung.
Pelibatan aspek wahyu dalam metode pengetahuan sebagai proses islamisasi, yang berbanding terbalik dengan pengetahuan modern barat yang menyampingkan bahkan tidak menggunakan aspek ini. dalam proses konstruksi disiplin ilmu minimal dilakukan dengan dua pendekatan (Haneef, 2009):
Pertama, evaluasi kritis disiplin ilmu moderen dengan menguraikan aspek –aspek yang tidak sesuai dengan nilai –nilai Islam.
Kedua, evaluasi kritis tradisi intelektual Islam (turats) dengan merelevansikannya sesuai dengan kebutuhan kontemporer. Keduanya memerlukan kritik yang mendalam terhadap situasi umat saat ini dan masa lalu (Haneef, 2009).
Ilmu merupakan salah satu perantara untuk memperkuat keimanan. Iman hnaya akan bertambah dan menguat, jika disertai ilmu pengetahuan “Science without Religion is blind, and Religion without science is lame,” ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu maka akan lumpuh. Ajaran islam tidak pernah melakukan dikotomi terhadap ilmu satu dengan yang lainnya. Karena dalam islam ilma dan agama adalah dua hal yang tak dapat di pisahkan satu sama lainnya. Islam mewajibkan kepada umatnya baik laki- laki maupun perempuan untuk belajar ilmu pengetahuan dan bersungguh –sungguh dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an merupakan sumber dan rujukan utama ajaran yang memuat semu inti dari ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu agama. Memahasi setiap misi ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah memahami prinsi- prinsip Al-Qur’an. Islamisasi ilmu pengetahuan tidak semata –mata berupa pembelaan sains dengan Al-Qur’an atau Al-Hadits yang di pandang cocok dengan penemuan ilmiah, tetapi beroperasi pada level Epistemologi. Islamisasi didasarkan pada asumsi bahwa ilmu tidak pernah sama sekali terbebas dari nilai. Dalam menatap era globalisasi, ada beberapa model yang dapat dikembangkan yakni model purifikasi, model mederenisasi islam, dan model neo-moderenisme. []
Sumber :
Republikaonline.com
Sudiryono.wordpress.com
Kirim ide/gagasan Anda sebagai mahasiswa lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.