ISRA MI’RAJ merupakan peristiwa penting yang terjadi dalam Islam. Ini berkaitan dengan perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Palestina hingga bertemu Allah SWT di sidratul muntaha untuk menerima perintah shalat.
Isra dan mi’raj merujuk pada satu perjalanan yang menyatakan terjadinya dua peristiwa besar. Pertama, perjalanan Rasulullah SAW dari masjidil Haram ke Masjidil aqsha. Kedua, perjalanan naiknya Rasulullah SAW dari Masjidil Aqsha ke sidratul muntaha.
Supaya lebih jelas tentang dua peristiwa luar biasa ini, ada baiknya kita mengetahui tentang kedua pengertian peristiwa luar biasa ini.
Dalam bahasa Arab, setidaknya ada dua kata yang merujuk pada pengertian ‘berjalan atau perjalanan’ yaitu ‘masya atau yamsyi’ dan ‘asyri’. Keduanya berasal dari kata ‘saro’ (jalan).
Secara lughawi (bahasa), Isra yang merujuk pada perjalanan Rasulullah dari Mekkah ke Palestina, diartikan sebagai ‘berjalan di waktu malam’ atau ‘membawa berjalan di waktu malam’.
Dalam Alquran, kata ini digunakan saat memerintahkan Nabi Musa membawa pengikutnya di malam hari.
“Maka berjalanlah engkau (Musa) dengan membawa hamba-hamba-Ku di malam hari…” (QS Adh Dukhan: 23).
Kata yang sama juga digunakan saat memerintahkan Nabi Luth membawa keluarga dan pengikutnya di malam hari.
“…Sebab itu, maka pergilah kau (hai Luth) dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikutmu di akhir malam.” (QS Huud: 81).
Dalam kedua ayat di atas, kata ‘asyri’ digunakan dalam bentuk fiil amr (bentuk perintah). Dan, digunakan untuk menggambarkan perjalanan yang dilakukan di malam hari.
Sedangkan dalam ayat yang menyebutkan tentang perjalanan Isra mi’raj Nabi Muhammad, kata yang digunakan adalah ‘asyra’.
“Maha Suci Dia, yang telah memperjalankan hamba-Nya di malam hari dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, yang Kami berkati sekelilingnya karena hendak Kami perlihatkan kepadanya tanda-tanda Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar. Maha Melihat.” (QS Al Isra: 1)
Pada QS al Isra ayat 1 diketahui bahwa perjalanan (isyra-nya) Nabi Muhammad itu terjadi di malam hari, sebagaimana yang terjadi pada perjalanan nabi Musa dan nabi Luth. Selain itu, dalam ayat tersebit memang dinyatakan secara tersurat kata ‘lail’ yang menunjukkan keterangan waktu (malam).
Namun, berbeda dengan dua ayat tentang perjalanan nabi Musa dan nabi Luth diatas, pada QS al Isra ayat 1, disebutkan kata ‘asra’, bukan ‘asyri’.
Kata ‘asyri’ dalam QS Dukhan ayat 23 dan QS huud ayat 81 berarti perintah untuk berjalan di malam hari kepada nabi Musa dan Luth, kata ‘asra’ dalam QS al Isra ayat 1 menunjukkan bahwa ‘perjalanan’ Nabi Muhammad SAW dilakukan dengan kuasa Allah Yang Maha Suci (Subhanalladzi). Ini menunjukkan bahwa Allah lah yang memperjalankan Nabi Muhammad di malam hari dari masjidil haram di Mekkah ke masjidil aqsha di Palestina.
Isra’ nabi Muhammad SAW dilakukan dalam semalam. Banyak yang menganggapnya mustahil atau tidak masuk akal. Namun, merujuk pada QS Al Isra ayat 1, dapaat diketahui bahwa perjalanan Mekkah-Palestina itu bukan suatu yang mustahil dilakukan Rasulullah SAW dalam semalam. Mengapa? Karena beliau berjalan (di malam hari/isra) dengan diperjalankan Allah SWT.
Dalam riwayat bahkan disebutkan bahwa perjalanan itu dilakukkan dengan mengendarai Buraq. Jadid, tak ada yang mustahil, tak ada yang tak mungkin dan tak ada yang tak bisa dilakukan Allah SWT meski hal itu berada jauh di luar nalar manusia biasa. []
SUMBER: KELENGKAPAN TARIKH NABI MUHAMMAD VOL 1 | MOENAWAR CHOLIL | GEMA INSANI