ISRA’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW yang diperintahkan oleh Allah yang ditempuh hanya dengan waktu semalam. Kata Isra’ memiliki arti perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Sedangkan kata Mi’raj memiliki arti perjalanan Nabi Muhammad dari bumi menuju langit ke tujuh, dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab di tahun ke delapan kenabian.
Banyak yang berpendapat bahwa pada suatu malam, Malaikat Jibril mendatangi Rasulullah di rumah beliau. Lalu Jibril memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Setelah itu Jibril mengatakan bahwa Rasulullah akan diajak ke langit tujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha. Seperti firman Allah yang artinya “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al- Isra’: 1).
BACA JUGA: Isra’ Mi’raj Berikan 4 Pengajaran Ini bagi Muslim
Rasulullah bersama Jibril menaiki hewan yang memiliki kecepatan seperti kilat. Hewan tersebut bernama Buraq. Kata Buraq diambil dari kata barq yang artinya adalah kilat. Sesampainya Rasulullah dan Jibril di Masjidil Aqsha, Rasulullah ditunjuk oleh Jibril untuk mengimami shalat. Lalu Nabi Muhammad diberikan jamuan oleh para Nabi terdahulu. Jamuan tersebut berupa 3 cawan.
Isi dari 3 cawan tersebut adalah khamr, air,dan susu. Lalu beliau pun memilih cawan yang berisi susu,para Nabi pun terkejut dan berkata, engkau diberi petunjuk dan umatmu pun akan diberi petunjuk. Rasul dan Jibril pun melanjutkan perjalanan menuju langit ke tujuh. Sesampainya di batas langit dunia, Jibril dan Rasulullah pun meminta izin untuk masuk. Saat melewati lapisan langit-langit Muhammad SAW selalu bertemu dengan para Nabi. Tak lupa ia pun selalu memberi salam saat memasuki langit-langit.
Pada saat Nabi Muhammad sampai di Sidratul Muntaha, ia pun berbicara kepada Allah tanpa hijab atau (penutup). Disanalah Nabi SAW diberikan perintah shalat. Awalnya Allah memberikan perintah shalat sebanyak 50 waktu dalam sehari. Akan tetapi,Rasulullah SAW memohon kepada Allah agar diringankan. Sehingga Allah ringankan menjadi lima waktu dalam sehari.
BACA JUGA: Inilah 5 Hikmah dari Peristiwa Isra’ Mi’raj
Nah, itulah kisah Israi’ Mi’raj Nabi. Tak lupa Rasulullah memberi tahu kepada seluruh umatnya bahwa kita diperintahkan untuk salat atau beribadah kepada Allah. Sebenarnya, jika dalam bahasa kita shalat itu adalah oleh-oleh Isra’ Mi’raj Nabi SAW. Jadi, kita seharusnya senang mendapat oleh-oleh berupa shalat.
Apakah kalian semua tahu apa tujuan Allah memerintahkan nabi Muhammad untuk Isra’ Mi’raj? Allah mengadakan peristiwa ini karena untuk menghibur dan mengistimewakan Rasulullah. Allah menghibur beliau dengan cara diperlihatkan kekuasaan Allah hal itu membuat keimanan dan keyakinan Rasulullah semakin kuat. Allah SWT juga mengistimewakan Rasulullah dengan memberikan perintah shalat.
Sebab, ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa sebenarnya shalat itu cara kita berkomunikasi dengan Sang Pencipta, yaitu Allah SWT. Terlebih pada saat sepertiga malam, di mana waktu ini Allah membuka hijab antara Allah dengan hamba-nya. Pada waktu ini juga para malaikat turun ke muka bumi ini maka dari itu sepertiga malam itu termasuk waktu yang mustajab. Ketika kita berdoa dan memohon ampunan kepada Allah,insya Allah semua doa dan permohonan ampunan akan dikabulkan dan diampuni oleh Allah SWT.
BACA JUGA: Ini Jawaban atas 3 Pertanyaan Penting tentang Isra’ Mi’raj
Kita comeback ke pembahasan awal, yaitu Isra’ Mi’raj. Pada tahun ke delapan kenabian itu rasulullah sedang merasakan kesedihan yang amat luar biasa. Sebab pada tahun ini beliau telah ditinggal oleh istri tercintanya, Siti Khadijah dan pamannya,Abu Thalib. Terlebih pada tahun ini Rasulullah SAW selalu dicaci maki oleh orang-orang kafir Quraisy. Oleh karena itu, tahun ini disebut tahun kesedihan Rasulullah.
Pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah kita tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Seperti firman Allah yang terdapat dalam QS At – Taubah ayat 40,yang berbunyi “Laa Tahzan Innallaha ma’ana”. Artinya “Jangan bersedih, Sesungguhnya Allah bersama kita”. Kita boleh bersedih, tetapi tidak boleh berlebihan karena semua yang berlebihan itu tidak baik. []
Karya: Keysha
(Siswi kelas 8 Sekolah Tahfiz Plus Khoiru Ummah Purwakarta)