GAZA—Tentara Israel menembak mati seorang demonstran Palestina dan melukai sedikitnya 220 orang lainnya saat aksi protes di sepanjang perbatasan Gaza, Jumat (3/8/2018). Padahal,  para diplomat tengah berusaha untuk mengamankan kesepakatan gencatan senjata.
BACA JUGA:Â UU Negara Bangsa Yahudi Cermin Rasisme Israel
Seorang pejabat rumah sakit Gaza mengatakan bahwa 220 orang luka-luka, 90 orang menderita luka-luka akibat penembakan. Korban yang meninggal adalah seorang pria berusia 25 tahun.
Dikatakan sekitar 8.000 warga Gaza telah berpartisipasi dalam aksi protes di lima lokasi di sepanjang perbatasan. Setidaknya 156 warga Palestina telah tewas dalam aksi protes sejak 30 Maret 2018 lalu.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membatalkan kunjungan ke Kolombia pekan depan. Ahad (5/8/2018), ia akan berkonsultasi dengan para menterinya, mengenai proposal untuk mengakhiri ketegangan.
Media Israel mengatakan Israel mencari komitmen jangka panjang dari Hamas untuk mengakhiri protes dan menghentikan peluncuran balon-balon pembakar dan layang-layang yang telah menghancurkan ribuan hektar lahan pertanian dan hutan, sebagai imbalan untuk mencabut blokade untuk Gaza.
Smentara itu, beberapa pejabat tinggi Hamas juga telah tiba di Gaza dari Mesir pada Kamis (2/8/2018) malam untuk membahas kemungkinan kesepakatan gencatan senjata tetapi tidak ada rincian yang diberikan. Delegasi itu termasuk wakil kepala kelompok Hamas, Saleh al-Arouri, yang diasingkan oleh Israel pada tahun 2010.
“Delegasi akan (berkonsultasi) mengenai masalah-masalah yang memprihatinkan bagi rakyat Palestina, terutama dalam mencapai rekonsiliasi nasional dan mengakhiri blokade Gaza,” kata juru bicara Hamas Fawzi Barhoum sebelum delegasi tiba seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (4/8/2018).
Berbicara tentang kunjungan delegasi Hamas, pejabat politik Hamas Hussam Badran mengatakan: “Kami akan mencapai persatuan nasional tingkat tertinggi untuk mematahkan blokade (Israel). Kami ingin blokade berakhir sekali dan untuk semua.”
BACA JUGA:Â Penembak Jitu Hamas Tewaskan Tentara Israel
Israel menarik pasukan dan pemukimnya dari Gaza pada 2005. Namun negara Zionis itu tetap mempertahankan kontrol ketat atas perbatasan darat dan lautnya, mengutip kekhawatiran keamanan atas Hamas dan kelompok militan lainnya. Mesir juga membatasi pergerakan masuk dan keluar Gaza di perbatasannya.
Lebih dari dua juta warga Palestina terkungkung dalam jalur sempit, menderita kesulitan ekonomi yang dalam. []
SUMBER: REUTERS