Oleh: Reny Aryb
renyaryb@gmail.com
TERINGAT akan sebuah kisah yang di sampaikan oleh seorang kawan, ketika itu dia sedang mengunjungi salah seorang kerabat yang sakit. Bisa dibilang sakit yang di derita ini telah menahun. Tentu saja sangat berat hidup yang dijalannya dengan kondisi penyakit seperti itu.
Tak banyak yang bisa diberikan oleh si penjenguk, berupa ketulusan do’a juga nasihat-nasihat agar si sakit bisa terus bersabar dengan penyakitnya.
“Istighfar ya Bu, biar tenang hatinya,” kata si penjenguk.
BACA JUGA: Istighfar Penambah Kebaikan, Benarkah?
“Istighfar istighfar…? Saya ini sudah beristighfar sampai bibir ini dower tapi tidak sembuh sembuh juga,” jawab si ibu dengan nada ketus.
Barang kali kejadian itu tak hanya dialami oleh teman saya. Mungkin ada beberapa dari pembaca yang pernah menerima jawaban yang serupa dengan kejadian di atas. Namun kenyataannya inilah yang banyak terjadi di masyarakat kita. Banyak yang lalai bahwa ia sedang diuji, atau ia sedang diperingatkan akan dosa-dosanya. Atau selama ini ia begitu jauh sehingga Allah SWT mengingatkannya dengan penyakit,lalu ia diminta untuk mendekatkan diri padaNya di tengah kelalaiannya selama ini. Karena bisa jadi ia hanya mampu beristighfar di kala sakit.
Istighfar sebenarnya merupakan kalimat yang mengandung faidah luar biasa. Ialah kalimat yang dilazimi oleh Rasulullah setiap harinya, bahkan beliau yang maksum pun selalu membacanya setidaknya seratus kali dalam sehari. Ialah kalimat penghapus dosa, yang dengannya Allah SWT akan menghapuskan dosa para pendosa di siang hari yang melafadzkan istighfar dan bertaubat di malam harinya. Dia juga akan mengampuni dosa para pendosa di malam hari lantas ia bertaubat dan mengucapkan istighfar di siang harinya.
Karena manusia selalu lalai, maka istighfar adalah dzikir yang tak pernah boleh kering dari lisannya. Dan jadilah ia pembasah bibir setiap manusia yang ingin dekat dengan Rabbnya.
Begitu pula sebagai obat di kala manusia mengahadapi berbagai macam kegundahan hidup. Ia adalah obat penenang yang tak mengandung efek samping yang berbahaya. Apalagi di tengah zaman yang di penuhi kegalauan para remaja saat ini, maka wajib bagi mereka untuk menjadikan istighfar bekal perjalanan panjang mereka. Di dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda,
“Barang siapa yang membiasakan diri untuk beristighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar dari setiap kesempitannya, kebahagiaan di tengah kesedihannya, dan Allah akan mengaruniakan rizki kepadanya dari dari arah yang tidak ia sangka sangka,” (HR Abu Daud).
BACA JUGA: Istighfar, Pelepas Kesempitan
Lagi-lagi masih berkaitan dengan kebutuhan umat ini, istighfar menjadi mendulang rizki bagi setiap pelazimnya. Jika umat saat ini di bingung kan dengan harga sembako yang melambung naik, maka istighfar bisa menjadi solusinya. Dari rizki yang tidak kita sangka sangka, rizki akan datang kepada kita. Tentu saja dengan tidak menafikan usaha untuk terus mencari rizki yang halal.
Dan yang terpenting dari itu semua, bahwa beristighfar adalah bentuk penghambaan kita kepada Allah. Bukankah Allah telah memerintahkan di dalam ayat-ayatNya agar kita beristighfar. Beristirahatlah…karena kita hamba yang lalai.
Beristirahatlah….karena kita hamba yang membutuhkan ketenangan dengan mengingatNya. []
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, maksimal dua (2) halaman MS Word