Oleh: Hafizatul Ismi
Kontributor Islampos di Belanda
athayababyshop11@gmail.com
“BUNDA, Mr yusuf ga boleh salaman sama meisje (anak perempuan) dan jongens (anak laki-laki) ga boleh salaman sama meisje. Oh ya? Kenapa? Iya karena anak meisje ga boleh salaman sama anak jongens,” katanya mengulanginya lagi.
Suatu sore mendengar cerita Yaqdzan sepulang sekolah, tentunya hari itu anak-anak selepas belajar dengan Mr Yusuf. Guru agama yang berasal dari Turki yang mengajarkan pengetahuan Islam kenapa anak-anak. Tidak sekedar ini, entah kenapa cerita Yaqdzan hari ini membuat saya kaget, terharu dan bersyukur. Entah apa yang diperhatikannya, entah nilai apa yang diserapnya, entah seberapa jauh akan mengertinya. Masya Allah, Barakallah Yaqdzan!
Mungkin ini hanya dialog-dialog kecil kami selama Yaqdzan sekolah. Sebuah sekolah Islam yang tidaklah ada disetiap kota di Belanda. Namun Eindhoven kota yang dianugerahkan berkumpulnya anak-anak dengan visi & misi yang sama, semoga menjadi bagian generasi muslim yang memancarkan Islam disudut-sudut cahaya Eropa ini.
Eits, sebenarnya saya mau sharing apa yang sering ditanyakan teman-teman sebelumnya, mengenai sekolah Islam disini. Ditengah berbagai macam kurikulum dan kreativitas yang ditawarkan sekolah-sekolah favorit jamannya sekarang tentulah tidak lepas dengan soal biaya. Sebut saja SDIT/Islamic Montessori School di tanah air yang mungkin banyak diminati para orangtua di negara mayoritas Islam, tentu tidaklah sedikit biaya yang harus dipersiapkan. Pun sekolah Islam di negara-negara Eropa lainnya cukuplah mahal.
Dan sekolah dasar Islam di Belanda itu free! loh kok bisa? Ya, basisschool Tarieq Ibnoe Ziyad salah satunya, sekolah dasar di Eindhoven yang difasilitasi oleh pemerintah Belanda. Islam yang menjadi minoritas di Negeri kincir angin ini, tapi toleransi kehidupan beragama cukuplah baik.
Bermula dari apa sih?
Bermula dari imigran Turki dan Maroko yang datang ke Belanda karena Belanda sendiri kekurangan tenaga kerja. Para imigran meminta untuk sekolah spesial bagi anak-anak mereka karena adanya perbedaan bahasa dan budaya. Awalnya ditolak oleh pemerintah Belanda. Hingga disaat anak-anak mereka bergabung di sekolah public terdapat ketidakcocokan antara orangtua dan guru, perbedaan kualitas dan kendala lainnya. Dan juga para imigran memutuskan untuk menetap di Belanda. Hingga akhirnya permintaan untuk didirikan sekolah Islam ini disetujui. Masya Allah!
Berikut latar belakang etnis islamic bassischool:
1. 30% Turki. Tapi beberapa tahun belakangan, tidak ada penambahan turkish islamic bassischool. Hal ini dikarenakan, warga Belanda (keturunan Turki) merasa pendidikan Islam tidak lagi diperlukan di sekolah-sekolah. Mereka merasa masjid sudah cukup untuk menjadi tempat pembelajaran Islam bagi anak-anak mereka. Selain itu, turkish islamic bassischool yang masih ada saat ini sudah mulai bergeser ke arah yang lebih moderat.
2. 45% Maroko. Kebalikan dari turki, Moroccan islamic bassischool lebih menganggap kalau pendidikan islam di bassischool sangat penting. Selain disupport oleh pemerintah Belanda, Moroccan bassischool juga mendapat dana dari berbagai lembaga keislaman, baik dari negara Maroko ataupun lembaga internasional lainnya. Mayoritas yang bersekolah di sini adalah dari Maroko, namun ada juga dari negara-negara lain seperti Somalia, Sudan, dan Afghanistan. Persentase jumlah bassischool maroko ini pun terus bertambah (berbanding terbalik dengan turki, yang justru menurun).
3. 25%, campuran dari berbagai bangsa. Tidak ada yang dominan di sini, namun umumnya bassischool ini berdiri atas inisiatif dari muslim suriname.
Maka pada tahun 70 an dan 80 an mulailah bermunculan sekolah Islam ini. Di Amsterdam ada sekolah Arab yang didirikan tahun 1971. Sekolah ini menyatukan anak-anak dari 3 agama, yaitu Kristen, Yahudi dan Islam. Sekolah ini menawarkan pendidikan dengan norma-norma yang ada di negeri asalnya. Cocok buat anak-anak yang tetap ingin tinggal di Belanda ataupun yang ingin kembali ke negara asalnya. Inilah sekolah Islam pertama di Belanda dan kemudian di tahun 1988 menyusul bassischool Tarieq Ibnoe Ziyad di Eindhoven dan bassischool Al Ghazali di Rotterdam.
Pun Belanda menetapkan undang-undang yang menyatakan bahwa jika ada kebutuhan dalam jumlah banyak akan sekolah khusus (dalam agama apa pun) dan memenuhi kriteria dasar seperti kualitas sekolah. Maka ia berhak mendirikan sekolah. Meskipun setelah didirikan 3 sekolah ini, Gementee (pemerintah kota) sempat tidak mendukung pembangunan sekolah Islam lebih lanjut. Tapi karena ada undang-undang diatas maka pemerintah kota tidak berhak untuk menghalangi pembangunan. Maka 25 tahun kemudian (2013) tercatat 45 sekolah dasar Islam di Belanda. Dan semuanya di bawah naungan pemerintahan, jadi sekolahnya gratis.
Diskusi saya dengan seseorang yang pernah sekolah di Tarieqpun memaparkan awal mula berdiri sekolah inipun ada kerjasama antara pihak mesjid dan Saudi Arabia.
Islamic University
Tidak hanya bassischool pun terdapat secondary school dan juga Islamic University di Belanda. Diantaranya terletak di Amsterdam, Rotterdam, dan Schiedam. Untuk Islamic University of Rotterdam (IUR), tidak mendapatkan pembiayaan dari pemerintah Belanda.
Islamic bassischool vs Public bassischool
Di Islamic bassischool, yang dipelajari hampir sama dengan public school pada umumnya. Pelajaran-pelajaran regular seperti : bahasa belanda, bahasa inggris, matematika, geografi, sejarah, ilmu alam, teknik, seni, dan olahraga diajarkan dengan pengantar bahasa belanda.
Yang membedakan adalah adanya sesi-sesi khusus keislaman. Misalnya, sesi KBM diawali dengan membaca surat-surat pendek, perayaan hari besar Islam, sesi shalat berjama’ah, dan Ramadhan. Ditambah juga adanya jam khusus pelajaran agama Islam, hafalan surat pendek, dan sesi membaca Al-Qur’an. Sebaliknya, perayaan-perayaan keagamaan agama lain tidak dilakukan di sini, misalnya Natal, Paskah, Karnival, dan perayaan keagamaan lainnya.
Perbedaan lainnya adalah bagaimana siswa berpakaian di sekolah ini. Saat summer, sangat sedikit anak perempuan yang memakai “baju summer”. Kegiatan olah raga pun umumnya dipisah antara siswa laki dan perempuan saat usia anak memasuki umur 7 tahun. Dan perayaan ulang tahunpun tidak boleh diadakan di sekolah, loh perayaan ulang tahun bukan bagian dari tuntunan Islam? Tentu bukan! Budaya perayaan ulang tahun ini tidak ada dalam Islam sendiri.
Sekolah Islam ini dikelola siapa?
Mungkin inilah bedanya sekolah Islam disini dengan sekolah-sekolah Islam negara lain yang mungkin bukan sepenuhnya difasilitasi pemerintah. Kalau sekolah disini dikelola oleh guru-guru Dutch, mereka muslim? tentu tidak! Dan sebagian guru-guru dari Turki dan Maroko yang tentunya muslim. Namun hal tersebut tidak mengurangi rasa toleransi dan sikap saling menghargai antar sesama. Sebut saja, Matthijs Vermaas direktur sekolahnya Yaqdzan, beliau warga Belanda asli yang bukan Islam. Ataupun guru-guru Yaqdzan di grup 1 Juf Tineke (Dutch – Indonesia) dan Juf Rita (Suriname) mereka bukanlah muslim. Tetapi beliau tetap menuntun anak-anak untuk berdoa sebelum belajar dan makan. Berpakaian rapih, sopan dan tertutup walaupun summer. Dan konon diawal berdirinya sekolah Tarieq ini semua guru diwajibkan memakai jilbab walaupun bukan muslim hihi..
Kalau obrolan saya dengan seorang umahat yang 5 anaknya bersekolah disini, guru-guru yang non muslim ini akhlaknya sangatlah baik dan mungkin kita tidaklah baik dibanding mereka, budaya Belanda sendiri yang juga ekspresif dan ramah sangat disenangi anak-anak. Namun hidayah itu kuasaNya. Kalaulah hidayah itu anugrahNya, pun kebaikan hari ini yang tertunai hanya atas izinNya. Bisa jadi besok Allah cabut nikmat iman ini, kemudian justru mereka yang Allah kasih hidayah. Sungguh tidaklah diri ini lebih baik dari yang lain. Semoga hati kita tetap dalam keistiqamahan dan hidayahNya tercurah buat semua.
Dank u wel Jufvrow Tineke & Jufvrow Rita, kok tiba-tiba kangen sama mereka. Kalaulah Rasulullah sekalipun tidak punya kuasa atas pamannya untuk bersyahadat, hanya doa sebaik-baik ucapan semoga hidayahNya tercurah bagi mereka. []