Oleh: Deamahfudz
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum ka Dhea, bagaimana istiqomah dalam bertawakal ketika menghadapi berbagai ujian hidup yang seolah tiada hentinya? dalam hati menyadari bahwa segala sesuatu yang Allah rencanakan adalah yang terbaik, namun tetap saja masih berkeluh kesah. semakin mencari jawaban Allah, rasanya semakin sempit pikiran terkait tentang keinginan untuk menikah di usia 28 tahun ini, namun belum dipertemukan jodoh (misalnya).
Jawaban:
Wa’alaikumussalam wr wb.
Tahun ini, usia saya juga 28 dan saya juga masih single. Alhamdulillah Allah ngasih saya waktu tunggu yang bisa saya gunakan untuk belajar banyak hal.
saya nggak bermaksud untuk tidak berempati ke kamu. Tapi hidup kita bukan drama yang ketika kita jatuh, pertanyaan di kepala kita malah:
“Ya Allah, kenapa Engkau tega membuat hamba jatuh?”
kita boleh ngeluh sakit, boleh nangis tapi jangan sampai membuang waktu untuk merutuki nasib. Show must go on.
yang namanya ujian hidup itu tidak akan pernah habis. Kenapa? ya karena kita masih hidup. Ntar kalau kita sudah meninggal, ujian akan habis, tinggal hisabnya doang.
maaf, saya lagi agak galak hari ini 🙁
saya nggak tahu, apakah ini emang sifat dasarnya manusia atau sifat dasar saya aja ~XD terkadang, ketika kita ngelihat orang lain memiliki barang yang tidak kita miliki dan menarik hati kita, kita akan sangat fokus dengan benda tersebut hingga kita lupa dengan apa yang kita miliki hari ini.
pun ketika kita ngerasa hidup kita lebih berat dari masa lalu, kita akan lebih fokus menangisi hari kemarin dibandingkan mensyukuri apa yang masih kita miliki hari ini.
kalau sudah demikian, hati kita perlu dilatih bersyukur.
itulah kenapa saya pernah bilang bahwa bersyukur di saat sempit dan bersabar di saat lapang itu jauh lebih susah dibandingkan bersyukur di saat lapang dan bersabar di saat sempit.
syukur dan sabar adalah kendaraan seorang muslim dalam menjalani hidup.
apa yang bisa kita syukuri di dalam sempit?
ketika kita kehilangan sesuatu, kita sering terlalu sibuk menangisi yang hilang dan melupakan yang tersisa. Maka syukurilah hal-hal yang masih ditakdirkan Allah berada di tangan kita dan pergunakan itu untuk berbuat baik.
mengapa kita diharuskan bersabar di kala lapang?
sebab kelapangan sering sekali menjadi sumber kelalaian. Lalai terhadap waktu, lalai terhadap harta yang dititipkan. Pernah nggak sih pas kita lagi diamanahi banyak harta sama Allah lantas membelanjakan harta tersebut sembarangan tanpa menghitung apakah barang yang kita beli mubazir atau tidak? kita sering lupa bahwa barang belanjaan yang mubazir itu salah satu contoh akibat dari ketidaksabaran di kala lapang. Padahal harta yang ada di tangan kita hanyalah titipan yang kelak tetap dipertanggungjawabkan.
Surat Ad Dhuha memberi kita gambaran yang amat baik tentang kehidupan. Ada tiga bagian dalam surat adh dhuha. Saya akan menyebutkan dari bagian paling akhir lalu berjalan ke depan.
Bagian pertama berisi perintah Allah. Dalam tiga ayat terakhir, Allah memberi kita perintah untuk tidak sewenang-wenang kepada anak yatim, tidak menghardik orang yang meminta-minta serta selalu menyebut-nyebut nikmat Allah.
Perintah ini disebutkan setelah bagian ke dua yang berisi tentang janji Allah.
Surat dhuha ayat 3-8 menggambarkan tentang janji-Nya bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita, bahwa kehidupan akhirat lebih baik dari kehidupan dunia, bahwa kelak Allah akan memberi karunia yang membuat hati kita menjadi puas.
sebelum berjanji, sebelum memberi perintah, di bagian pertama surat ini, Allah terlebih dahulu menjelaskan gambaran kehidupan kita.
“Demi waktu Dhuha, demi malam ketika ia begitu pekat”.
Waktu dhuha adalah waktu yang nikmat, ketika matahari bersinar tidak terang, tidak menyilaukan mata dan udara di sekitar kita masih segar, tidak dingin tetapi juga tidak panas. Syaikh Tawfique Chowdhury menyebutkan bahwa waktu dhuha adalah gambaran tentang kehidupan kita yang nikmat dan menyenangkan.
Sedangkan malam yang pekat pada ayat ke dua menggambarkan tentang hidup kita yang sedang sempit. Pekat dan tidak ada sinar. Namun di malam yang demikian sesungguhnya adalah waktu yang paling baik untuk bermunajat.
Kita bermunajat di waktu sempit bukan untuk meminta pekatnya malam segera berlalu. Namun untuk mendekat kepada Allah dan memohon kekuatan dan keridhoan agar ujian yang kita alami dengan susah payah tidak sia-sia berlalu begitu saja tanpa ada berkah dan kebaikan apapun.
Maka dalam surat ini, kita belajar dengan utuh bahwa dalam naik turunnya hidup, Allah tidak pernah meninggalkan kita. Ia memberi kita petunjuk saat tersesat. Mencukupi kita ketika kita lapar.
Dalam surat dhuha, Allah menyuruh kita berbuat baik, bukan menyuruh kita untuk menangis dan bertanya mengapa hal-hal yang menyulitkan ini terjadi.
Cukuplah kita ingat bahwa tugas kita adalah menjadi manusia yang bermanfaat. Maka ketika kesempitan melanda, kita syukuri apa yang masih kita punya dan gunakan semua untuk berbuat baik.
Selalu ingat semua nikmat Allah, sebut satu persatu. Agar kelak ketika hari mulai terang kembali, kita tidak menjadi angkuh dan tetap ingat bahwa nikmat yang kita rasa di hari itu adalah titipan dari Allah yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. []