Oleh: Ustadz Felix Y Siauw
DIA adalah wanita yang aku ambil seketika menggenggam tangan ayahnya, dengan mengucap nama Allah, atas perintah-Nya, untuk senantiasa berada di jalan-Nya.
Untuk aku bimbing bukan aku marahi, untuk aku didik bukan aku salahkan, untuk membersamaiku bukan hanya untuk melayani. Disampingku bukan di depan atau di belakang.
Kehormatan diriku kupercayakan kepadanya, sebagaimana aku memuliakan fitrahnya sebagai seorang Muslimah. Maka apatah hanya hartaku dan rumahku, itu baginya.
Tiap kesalahannya adalah tanggunganku, tiap kebaikannya ada juga pahalaku. Maka bila dia salah, salahkanlah diriku yang belum mampu mendidiknya dengan sepenuhnya.
Darinya aku memiliki keturunan, dia didik sebagaimana dia mendidik dirinya sendiri bahkan lebih. Darinya aku mengenal pengorbanan dan kepatuhan dalam kesabaran.
Telinganya punya hak atas kelembutan lisanku. Matanya punya hak atas indahnya perlakuanku. Batinnya punya hak atas ruku dan sujud serta rangkaian doaku.
Hanya saja, tulisanku diatas hanya teori saja, belum aku mampu untuk memenuhi semua idealisme itu. Keinginanku begitu tapi sayang aku belum bisa menjadikannya nyata.
Syukuri dan puji Allah atas semua hal yang bisa aku lakukan, dan maafkan atas semua yang masih kurang pada diriku. Alasannya selalu sama, aku tetap masih manusia. []