DIRIWAYATKAN dari Anas, ia berkata, “Shafiyah mendengar bahwa Hafshah menyebutnya putri seorang Yahudi. Shafiyah menangis, lalu Nabi SAW masuk menemuinya saat ia menangis, lalu tanya beliau. ‘Hafshah berkata kepadaku bahwa aku putri seorang Yahudi,’ jawabnya. Nabi SAW kemudian bersabda, ‘Kau putri nabi, pamanmu seorang nabi, dan kau istri seorang Nabi. Lalu dengan apa ia membanggakan diri di hadapanmu?’ setelah itu beliau bersabda,’Takutlah kepada Allah, wahai Hafshah” (HR. Ahmad [III/135]. HR Tirmidzi [3894]. Al-Arnauth,”Sanadnya shahih”)
Bahkan suatu ketika Aisyah ra mencibir shafiyah ra. Aisyah mengatakan ia wanita pendek. Nabi SAW tidak suka terhadap Aisyah dan tidak mengakuinya.
Diriwayatkan dari Aisyah ra, ia berkata ” Aku berkata kepada Nabi SAW, ‘Cukuplah shafiyah bagimu. Dia itu begini dan begitu.’ Maksudnya, ‘ Aisyah mengatakan bahwa Shafiyah orang pendek.’ Nabi SAW kemudian mengatakan, ‘Sungguh, kau telah mengatakan sesuatu yang andai dicampurkan dengan lautan, tentu akan mengotorinya’.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’ (5140), Shahh Sunan Abi Dawud, [4080]).
Bahkan, hal serupa juga pernah dilakukan binti Jahsy ra, hingga membuat Nabi SAW marah dan menegurnya selang beberapa lama. Diriwayatkan dari Shafiyah bintiHuyai, bahwa Nabi SAW berangkat haji bersama istri-istri beliau. Unta Shafiyah menderum, ia pun menangis. Rasulullah SAW datang setelah diberitahu orang-orang. Beliau kemudian mengusap air mata shafiyah yang tengah menangis, beliau lalu memintanya tidak menaggis. Selanjutnya, Rasulullah SAW singgah bersama para rombongan. Saat hendak meneruskan perjalanan, beliau berkata kapada Zainab binti Jahsy, ‘Pinjamkan saudarimu itu (Shafiyah) unta.’ Zainab memiliki banyak hewan tunggangan, lalu Zainab berkata, ‘Aku meminjami istri Yahudi-mu itu!”
Nabi SAW marah hingga tidak mau berbicara kepadanya sampai pulang ke Madinah, hingga bulam Muharram dan Shafar. Beliau tidak mendatanginya bergilir untuknya. Zainab akhirnya merasa putus asa terhadap beliau.
Pada bulan Rabi’ul Awwal, beliau baru masuk menemui Zainab. Begitu melihat beliau, Zainab bertanya, “Wahai Rasulullah, Apa yang harus aku lakukan?” Zainab memiliki seorang budak wanita yang sengaja ia sembunyikan dari Rasulullah SAW kemudian menghampiri tikar Zainab yang sudah diangkat. Beliau kemudian menghampiri tikar tersebut dengan tangan beliau sendiri, dan beliau meridhai seluruh istri beliau'” (HR Ahmad dalam Musnad (VI/337,338)
Ini sebuah pelajaran agung bagi umat Islam, agar kita semua tahu bahwa kecemburuan di antara para istri sudah menjadi watak yang sam sekali tidak terlepas dari seorang pun di antara mereka. Kalau kondisi Ummahatul Mukminin saja seperti ini, lantas bagaimana dengan wanita-wanita lain?!
Sumber: Biografi 35 Shahabiyah Nabi/Syaikh Mahmud Al-Mishri/Ummul Qura