BELAKANGAN ini, banyak banget orang yang secara terang-terangan bilang ke saya dan istri, sudi banget kalau liat saya bermotor berdua dengan istri. Lha, apa masalahnya?
Saya nginyem.
Lain waktu, seorang lain berkata, “Diam-diam, saya suka liat kalian lagi di motor.” Alasannya, ga usah diceritain.
Saya ga tau kenapa bisa begitu.
BACA JUGA: Pep dan Zlatan Ibrahimovic
Saya ini emang tipe lelaki bermotor santai alias ga pernah ngebut. Paling banter speedo ke angka 50, untuk kemudian stabil di 40 aja sepanjang jalan. Saya merasa ga harus jalan cepat, terutama ketika berdua bersama istri saya.
Saya paling menikmati bermotor berdua dengan istri. Kami bisa ngobrol banyak saat itu.
Jarak saya dan dia biasa saja, bahkan hampir ga pernah tangan istri saya melingkar di badan saya yang kecil selama perjalanan. Tapi beut di atas motor itu, mungkin pagi saat mengantarnya ke warung sayur, atau siang atau sore ketemu sama sohib-sohibnya, selalu ada ribuan kata dan cita cinta yang terus tumbuh.
Satu kali, seorang teman menganjurkan saya untuk mengajari istri belajar motor. “Supaya kamu ga riweuh nganterin ke sana ke mari setiap waktu. Sok geura… “
BACA JUGA: Kue Kiriman, Dimarahi 2 Kali
Are you kidding me? For one in a million, I won’t excange this moment. InsyaAllah, selama saya sehat dan mampu, saya kayuh satu motor berdua. []