Oleh: Riza Febrita (Ummu Zayta)
Kontributor Islampos, tinggal di Bogor, Jawa Barat
zayta2010@gmail.com.
SUDAH menjadi rahasia umum bahwa seorang Ibu identik dengan kesibukan dan rutinitas yang tak pernah habisnya. Jika ia tidak bisa membagi waktu, maka ia bisa tenggelam dalam kesibukannya. Ibu yang seperti ini dianggap tidak menjadi istri produktif. Produktif dalam hal apa?
Alih-alih bisa melakukan amalan-amalan sunnah, kewajiban lain yang harus ditunaikannya pun bisa terlupakan. Ini yang menghalangi seorang wanita menjadi istri produktif.
Padahal sejatinya amalan-amalan itu bisa menjadi wasilah supaya Allah selalu memudahkan setiap urusannya.
BACA JUGA: Pintu Rezeki Suami Istri
Bila tak bisa memanfaatkan waktu tentu akan sulit meraih keberkahan waktu. Waktu yang luas tapi tidak sedikitpun bisa memperberat timbangan pahalanya. Merasa sibuk tapi sejatinya tidak bermakna. Pekerjaan sedikit tapi terasa memikul beban berat.
Waktu yang produktif dan berkah adalah bagaimana waktu yang sedikit namun menghasilkan banyak manfaat dan pahala kebaikan.
Banyaknya kewajiban serta taklif/ beban hukum yang Allah turunkan sejatinya diturunkan kepada setiap individu.
Selain kewajiban utamanya sebagai istri produktif sekaligus ibu dan manajer rumah tangga, ada kewajiban lain yang tidak bisa tergantikan. Seperti meluruskan akidahnya, menjaga sholatnya, menjaga rukun Islam dan imannya, menuntut ilmu, amar makruf nahi mungkar, menutup auratnya dengan sempurna serta banyak kewajiban lainnya. Jadi istri produktif ternyata tidak sederhana ya?
Kebanyakan para ibu/ istri kesulitan dalam membagi waktunya. Sebab skala prioritas waktu yang tak tertata. Terkadang seringnya pekerjaan yang sama dilakukan berulang-ulang. Atau mendahulukan hal yang hukumnya mubah daripada perkara sunnah atau perkara yang sunnah daripada yang wajib. Hingga banyak kewajiban yang terbengkalai.
Tak dipungkiri setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda. Entah itu dari sisi fisik, kemahiran, keahlian atau yang lainnya. Namun hal itu tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk tidak bisa produktif. Setidaknya berupaya melakukan yang terbaik. Mastatho’tum, lakukan semampunya.
Perkara urgen adalah prioritas untuk Allah diletakkan pada prioritas pertama dan utama. Karena hanya Allah yang berkuasa untuk memudahkan atau menyulitkannya semua urusan. Ketika dihadapkan dengan urusan akhirat dan dunia, maka pilihlah urusan akhirat terlebih dahulu.
BACA JUGA: Kiat Menjadi Istri Sholehah
Karena Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah no. 4105, hadits ini shohih).
https://www.youtube.com/watch?v=BzrDVoeBeWU
Jika ingin menjadi Ibu atau istri produktif dan berkualitas mulailah dengan mendekatkan diri kepada Allah, tunaikanlah hak-hakNya.
Bila ingin terus dekat denganNya mulailah melangkah dengan belajar dan mentadaburi firmanNya, Al-Qur’an (mencari ilmu syar’i). InsyaAllah.
Wallahu a’lam bi showab. []
ISTRI SHOLIHAH
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalehah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud)
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan) melainkan yang di langit murka terhadapnya hingga sang suami ridha padanya.” (HR. Muslim)
“Diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata aku dapati kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita yang kufur.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab: “Mereka mengkufuri suami dan mengkufuri (tidak mensyukuri) kebaikannya. Seandainya salah seorang dari kalian berbuat baik kepada seorang di antara mereka (istri) setahun penuh, kemudian dia melihat darimu sesuatu (yang tidak berkenan baginya) niscaya dia berkata: “Aku tidak pernah melihat darimu kebaikan sama sekali.” (HR. Bukhari).
”Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah SWT, maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya, selain istri yang shalehah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, ridha bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya, ketika suaminya pergi.” (HR. Ibnu Majah)
”Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang lelaki), yaitu: pertama, mempunyai istri yang shalehah, kalau kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah (dapat dipercaya) serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu.” (HR. Hakim)