DIA adalah Ummul Mukminin Zainab binti Zahsy bin Ribab bin Yamar. Ibunya bernama Umamah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah SAW. Zainab terlahir dengan nama Barrah, baru setelah diperistri Rasulullah, namanya Rasulullah ganti dengan nama Zainab.
Zainab dinikahi Rasulullah SAW setelah diceraikan oleh Zaid bin Haritsah. Perintah Allah dengan tujuan menghilangkan tradisi pengangkatan anak model jahiliyah. Termasuk adat jahiliyah adalah bahwa bekas istri anak angkat kedudukannya sama dengan istri anak kandung (tidak boleh dinikahi oleh bapak angkatnya).
Kendati demikian, Rasulullah SAW belum mau menjelaskan masalah ini, baik kepada Zaid, maupun kepada orang lain, karena beliau belum siap menghadapi tanggapan negatif masyarakat, terutama kaum musyrikin yang akan mengatakan, “Muhammad telah menikahi istri anaknya.”
BACA JUGA: Mengenal 11 Istri Nabi (1)
Allah pun lalu menurunkan firman-Nya QS. Al-Ahzab ayat 37. “Dan (ingatlah), kerika kamu (Muhammad) berkata kepada orang yang telah Allah limpahkan nikmat (iman) kepadanya, dan kamu telah memberi nikmat (kemerdekaan) kepadanya, ‘Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah,’ sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu perkara yang akan Allah jelaskan dan kamu takut kepada manusia, padahal Allahlah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Tatkala Zaid telah menyelesaikan urusan terhadap istrinya (telah menceraikannya dan masa iddah istrinya telah habis), kami nikahkan kamu (Muhammad) dengan dia (Zainab) supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk menikahi istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan urusan terhadap istrinya (telah menceraikannya, dan masa iddahnya telah habis). Ketetapan Allah itu pasti terlaksana.”
Ayat ini turun ketika Rasulullah SAW sedang bercakap-cakap dengan Aisyah. Ketika itu beliau mendadak pingsan (karena menerima wahyu), setelah siuman beliau tersenyum dan berkata, “Siapa yang mau menyampaikan kabar gembira kepada Zainab?” Beliau pun membacakan ayat tersebut, maka bergegaslah seseorang untuk menyampaikan kabar teraebut kepada Zainab. Mendengar berita gembira itu, Zainab langsung melaksanakan shalat sebagai rasa syukur kepada Tuhannya.
Demikianlah Allah menikahkan Zainab dengan Nabi-Nya melalui ayat-ayat-Nya, tanpa wali dan tanpa saksi. Hal inilah yang sering dibanggakan oleh Zainab di hadapan istri-istri Nabi yang lain.
Zainab adalah seorang wanita yang shalihah, taqwa, dan teguh memegang imannya. Tentang Zainab, Aisyah pernah berkata, “Aku belum pernah melihat seorang wanita yang lebih baik agamanya, lebih bertaqwa kepada Allah, lebih jujur perkataannya, lebih senang menyambung silaturahim, lebih senang bershadaqah, dan lebih giat bekerja yang hasilnya untuk dishadaqahkan.”
Zainab adalah seorang wanita yang dermawan, dia sangat terampil dalam menyamak kulit dan menyulam, lalu hasilnya ia shadaqahkan di jalan Allah kepada fakir miskin.
Ketika mendengar kematian Zainab, Aisyah berkata, “Telah pergi seorang wanita yang terpuji, taat beribadah, gemar memberikan pertolongan, dan santunan kepada anak yatim dan para janda.”
Aisyah juga mengatakan, “Rasulullah SAW pernah berkata kepada istri-istrinya, ‘Di antara kalian yang paling cepat menyusulku adalah yang paling panjang tangannya.’ Oleh karena itulah, setiap kami berkumpul setelah wafatnya beliau, kami selalu meletakkan tangan kami di dinding untuk mengetahui tangan siapa yang paling panjang. Hal itu terus kami lakukan samai wafatnya Zainab. Akan tetapi, kami tahu bahwa Zainab bukanlah orang yang panjang tangannya di antara kami. Pada saat itulah kami baru tahu bahwa yang dimaksud Nabi SAW dengan panjang tangan adalah banyak bershadaqah di jalan Allah, dan memang benar bahwa Zainab sangat terampil dalam menyamak kulit dan menyulam, lalu hasilnya ia shdaqahkan di jalan Allah.”
BACA JUGA: Mengenal 11 Istri Nabi (2-Habis)
Zainab binti Jahsy wafat pada tahun ke-20 hijriyah dalam usia 53 tahun. Kaum muslimin menshalatkan jenazahnya dengan diimami Amirul Mukminin, Umar bin Kaththab. Masyarakat Madinah pun berbondong bondong mengantarkan jenazahnya ke pemakaman Baqi. Dialah istri Nabi SAW yang pertama menyusul beliau wafat. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada wanita yang paling mulia wali nikah dan juru damainya, dan wanita yang gemar berahadaqah. [ ]
REDAKTUR: NUNUNG MUNAWAROH | EDITOR: SAAD SAEFULLAH
Sumber: Wanita Teladan, Istri-istri, Putri-putri, dan Sahabat wanita Rasulullah SAW/Mahmud Mahdi Al-Istanbuli & Musthafa Abu Nashr Asy-Syilbi/Irsyad Baitus Salam