Oleh: Hana Annisa Afriliani, S.S
Penulis Buku “The Power of Istri
SETIAP manusia memiliki fase kehidupan. Bagi seorang muslimah, ada saatnya ia menjadi seorang anak dan ada saatnya juga ia menjadi seorang istri. Ketika ia menjadi seorang anak, maka ia wajib berbakti kepada kedua orangtuanya. Adapun ketika ia telah menjadi seorang istri, maka baktinya adalah kepada suaminya.
Setiap fase kehidupan tersebut tentu harus disikapi sebagai sebuah amanah yang wajib ditunaikan kewajiban-kewajibannya. Karena sesungguhnya setiap fase kehidupan tersebut menghamparkan ladang pahala yang menunggu untuk kita semai. Dengan berupaya menjalankan segala kewajiban sesuai koridor syara dalam setiap fasenya, berarti kita sedang berupaya pula memanen ridho ilahi.
Bagi seorang perempuan yang telah menikah, maka suami adalah ladang tempatnya menyemai pahala. Salah satunya dengan menjadi sosok istri shalihah.
Allah telah menjelaskan di dalam Alquran tentang karakter istri yang shalihah, yakni di dalam Surat An-Nisa ayat 34: “…wanita yang salehah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”
Di dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa salah satu karakter istri shalihah adalah yang taat kepada Allah. Adapun taat kepada Allah tercermin manakala ia menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Berislam secara kaffah. Bukan setengah-setengah.
Oleh karena itu, istri shalihah tidak mungkin menampakkan kecantikannya (aurat) kecuali di hadapan suaminya. Karena Allah melarangnya. Sebaliknya Allah memerintahkan kepada setiap perempuan muslimah untuk menutup auratnya secara sempurna apabila berada di kehidupan umum, seperti di jalan, sekolah, pasar, rumah sakit,dll. Menutup aurat sempurna merupakan bukti taat kepada Allah.
Istri shalihah juga tentu tak akan meninggalkan rumah tanpa izin dari suaminya. Karena Allah juga melarang yang demikian. Rasulullah saw pernah bersabda bahwa seorang istri yang pergi meninggalkan rumahnya tanpa izin dari suaminya, sedangkan suaminya tidak ridho, maka malaikat melaknatnya sampai ia kembali ke rumahnya. Subhanallah….
Karakter lain yang menjadi ciri istri shalihah adalah mampu menjaga diri saat suaminya tidak ada. Kehormatannya dijaga. Artinya ia tidak sembarangan mengajak laki-laki yang bukan mahram untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia pun tidak mengumbar kecantikannya di hadapan banyak mata. Sebab sejatinya kecantikannya hanya berhak dinikmati oleh suaminya saja.
Sungguh istri shalihah adalah hiasan dunia paling indah. Sebab ridho suami menyertai setiap derap langkahnya dan surga pun mendambanya.
Dari Husain bin Muhshain dari bibinya berkata:
“Saya datang menemui Rasulullah SAW.
Beliau lalu bertanya: “Apakah kamu mempunyai suami?”
Saya menjawab: “Ya”.
Rasulullah SAW bertanya kembali: “Apa yang kamu lakukan terhadapnya?”
Saya menjawab: “Saya tidak begitu mempedulikannya, kecuali untuk hal-hal yang memang saya membutuhkannya”.
Rasulullah SAW bersabda kembali: “Bagaimana kamu dapat berbuat seperti itu, sementara suami kamu itu adalah yang menentukan kamu masuk ke surga atau ke neraka.” (HR. Imam Nasai, Hakim, Ahmad dengan Hadis Hasan). []