ALLAH berfirman: “Istrimu adalah sawah ladangmu.” (Al-Baqoroh: 233)
Kalau istri diposisikan oleh Al-Quran sebagai ladang, maka artinya seorang suami adalah petani yang akan menggarap ladang. Bagi seorang petani untuk mendapatkan hasil yang baik dari apa yang ia tanam, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Pilihlah ladang yang subur dan baik
Sebagaimana sabda nabi saw: تخيروا لنطفكم Pilihlah untuk calon benihmu (Hadist), karena benih yang baik hanya akan dihasilkan dari ladang yang subur. Tidak mungkin lahir generasi yang shalih dari seorang ibu yang suka berma’shiat,
BACA JUGA: Hukum Sebarkan Rahasia Jima Sepasang Suami Istri
Hafidz Ibrohim, seorang penyair yang terkenal didunia Islam berkata dalam sebuah sya’irnya (Abu Tauhid, 1990:67);
لأُمُّ مَـدْرَسَــةٌ إِذَا أَعْـدَدْتَـهَـا أَعْـدَدْتَ شَعْبـاً طَيِّـبَ الأَعْـرَاقِ“
ليس البنت ينبت في جنان # كمثل النبت ينبت في الفلاة
وهل يرجى لأطفال كمال # إذا ارتضعوا ثدي الناقصات
“Ibu itu ibarat madrasah, jika engkau persiapkan dia, berarti engkau telah mempersiapkan generasi yang baik.
Anak yang tumbuh di taman tak sama dengan anak yang tumbuh di lapangan.
Bisakah diharapkan kesempurnaan pada anak-anak, jika mereka menyusu dari ibu yang tak berakhlaq.”
2. Jangan paksa ladang untuk memproduksi setiap tahun
Aturlah waktu produksi, berikanlah kesempatan istri kita untuk istirahat dengan mengatur jarak kehamilan.
Bukankah perintah memperbanyak keturunan beriringan dengan perintah memiliki keturunan yang berkualitas?
Nabi SAW pun bangga dengan umatnya yang banyak dan berkualitas tentunya. Pendapat, ”banyak anak banyak rizqi,“ hal ini tidak boleh berhenti sampai di sini. Tetapi harus diteruskan, “banyak rizqi yang harus dicari,“ adalah sebuah kezhaliman jika seseorang hanya terkonsentrasi dengan memperbanyak keturunan tanpa memperhatikan kualitas dan masa depan dari keturunannya.
Allah berfiman: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (Annisa: 9)
3. ladang harus dijaga agar tidak dirusak oleh hama
Karena seorang istri selama masa kehamilan, hendaklah ia mengkonsumsi makanan yang bergizi, agar kelak bayi yang dilahirkan akan menjadi generasi yang shalih, cerdas dan kuat yang siap menerus estafeta dawah Rasulullah SAW.
Nabi SAW bersabda: Mu’min yang kuat lebih baik dari mu;min yang lemah, dan pada setiapnya ada kebaikan (hadist), menurut Ali Ashabuni dalam karyanya min kunuz assunnah yang dimaksud dengan kuat dalam hadist ini meliputi kekuatan fisik, ilmu, akhlak dan jiwa.
BACA JUGA: ‘Jika Kau Tak Bekerja, Apakah Ibumu bisa Hidup Lagi?’
4. Petani jangan menyalahkan ladang jika hasil yang di tanam tidak sesuai dengan keinginan petani
Karena ladang hanya akan menghasilkan sesuai dengan apa yang ditanam petani, seorang suami jangan menyudutkan istrinya jika jenis kelamin anak yang dilahirkan tak sesuai keinginannya. Karena menurut kajian ilmiah bahwa sperma suami mengandung kromosom XY, sedangkan istri XX , jika X bertemu Y maka jenis kelamin bayi yang akan lahir adalah lelaki, dan jika X bertemu X maka bayi yang di lahirkan adalah perempuan.
Jika seorang suami memahami ma’na bahasa Al-Quran bahwa istri hanyalah ladang tempat ia menanam, maka ia tidak akan menyalahkan istrinya tentang jenis kelamin anak yang dilahirkan. Melainkan ia tetap bersyukur atas karunia keturunan, karena jenis kelamin laki atau perempuan sama saja yang terpenting adalah bagaimana kita mendidiknya, dimana masih banyak pasangan yang tidak memiliki keturunan setelah sekian lama menikah. []
Faisal Kunhi
Imam Masjid Sirothol Mustaqim, Ansan Korea Selatan
Gontor ,
S1 UIN Syarif Hidatatullah Jakarta, S2 : Institut Ilmu AlQuran
*#Share berkahnya ilmu*
*#Join channel Telegram:*
https://t.me/joinchat/AAAAAERt3deogV8PX4M0Qg untuk mendapatkan tulisan saya setiap hari