Oleh: Muh. Taufiq B.N.P.
Mahasiswa Universitas Brawijaya, muhammad.taufiq99@gmail.com
PERNYATAAN presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu menimbulkan pro dan kontra di dalam masyarakat di berbagai negara. Salah satu negara yang ikut berkomentar dan mengambil sikap terhadap pernyataan presiden AS tersebut adalah Indonesia. Sebagai negara dengan penduduk mayoritas islam, sudah sewajarnya Indonesia mengambil sikap dan juga peran terhadap isu serta konflik yang sudah bertahun-tahun lamanya ini.
Dari mulai Ir Soekarno menjabat sebagai presiden Indonesia, Indonesia selalu menunjukan empatinya kepada konflik palestina-israel yaitu ketika tidak di ikut sertakannya Israel dalam turnamen ASIAN Games 1962 dan tidak adanya kedutaan besar Israel di Jakarta. Begitupun dengan presiden Indonesia saat ini yakni Joko Widodo yang dalam janji kampanye nya tahun 2014 dengan tegas akan ikut andil dalam memperjuangkan hak-hak rakyat palestina.
Namun, dalam tulisan kali ini penulis tidak akan banyak mengulas mengenai sejarah maupun isu soal yerussalem lebih luas. Dalam tulisan ini penulis ingin mengaitkan antara isu yerussalem harus menjadi momentum persantuan muslim di Indonesia dan dunia yang sempat memanas dan seakan-akan “di adu domba” belakangan ini.
Tentu semua masih ingat dengan konflik timur tengah. Dimana negara-negara arab mengalami konflik karena berbagai permasalahan. Dari konflik tersebut tak sedikit menimbulkan banyak kerugian. Dari mulai kerugian berupa materi seperti hancurnya beberapa wilayah hingga memnimbulkan pertumpahan darah bagi beberapa warganya. Beberapa diantara konflik tersebut diantaranya adalah konflik Qatar, Libya, Iraq, Iran, Mesir dan masih banyak konflik di negara mayoritas Arab ini.
Lain di timur tengah lain lagi Indonesia. Dalam satu tahun terkahir nampaknya muslim di indonesia pun sedang dihadapi ujian tentang ukhuwah. Dimulai dari perbedaan khilafiyah tentan fiqhiyah hingga pandangan politik tentang qs al maidah. Dari situlah konflik muslim indoensia melebar. hingga seakan akan ada dua kelompok muslim antara mereka yang merasa paling toleran dan mereka yang merasa ditindas atas nama kebhinekaan. Sebagai muslim, tentu apapun perbedaan kita sejatinya adalah saudara ketika tuhan dan rasul kita adalah sama yakni Allah dan Rasulullah saw. Sehingga adanya konflik danperistiwa-peristiwa setahun terakhir ini disinyalir adalah upaya “adu domba” untuk merusak bingkai ukhuwah dan kekuatan muslim di indonesia.
Terlepas dari adanya konflik baik di timur tengah dan Indonesia. Baik itu siapa yang benar maupun salah. Entah itu yang menang ataupun kalah. Dan baik itu yang sedang bersuka ria dan berduka cita,kita semua harus menyadari bahwa pada kondisi itu lah umat muslim sedang dalam keterpurukan dan kefuturan. Pada saat terjadinya konflik itu lah umat muslim sedang di uji tentang arti sebuah nilai ukhuwah. Dan pada saat itulah kita umat muslim harus menyadari bahwa umat muslim sedang di adu domba baik dari dalam maupun luar.
Pernyataan Donald Trump kemarin dan isu Al Quds (Yerussalem) ini tentu harus menjadi momentum persantuan dan unjuk kekuatan umat muslim di indonesia dan dunia. Karena yang palestina sekarang butuhkan adalah dimulai dari persatuan. Dari persatuan itulah kemudian akan melahirkan sebuah kekuatan. Hapus segala ego dan ashobiyah golongan. Hilangkan segala perbedaan politik dan pandangan. Dari perisitiwa ini lah kemudian akan membuat musuh-musuh islam menjadi takut dan kebingungan. Dan dari peristiwa ini lah akan terlihat. Golongan manakah yang benar benar totalitas dalam agamanya serta kuat ukhuwahnya. Ataukah golongan yang menjadikan agama sebagai pencitraan dalam kehidupannya.
Namun jangan cepat menghakimi golongan lain ataupun bangga dengan gerak dan usaha golongannya. Terlebih saat golongan itu tidak terliput dalam media dan tidak nampak raganya di lapangan. Ataupun di saat langkah kita lah yang paling kongkrit dan berdampak di lokasi kejadian. Ini bukanlah tentang siapa yang paling kelihatan usahanya melainkan siapakah yang konsisten dan tulus dalam memperjuangkannya. Karena bisa jadi usaha mereka berbeda, bisa melalui usaha di lapangan ataupun doa dalam sepertiga malam. Dan bisa jadi berkat doa merekalah usaha dan gerak kita Allah mudahkan dan lancarkan.Karena dengan hati (doa) lah mereka masih dikatakan memiliki iman dan kepedulian (selemah-lemahnya iman).
Wallahualambishawab. []