DALAM Islam, jima hanya boleh dilakukan oleh sepasang insan yang telah resmi menikah. Sebuah harga mati yang tak boleh ditawar lagi. Tujuan pun menjadi penting. Dalam Islam jima bukan hanya bertujuan untuk memenuhi hasrat biologis semata. Tapi juga untuk memperoleh kebahagian lahir-batin, dunia-akhirat.
Untuk mencapai kebahagiaan itu, hendaknya pasutri melakukan jima dengan cara-cara yang Islami, yaitu jima yang tidak menyakiti pasangan secara fisik maupun psikis dan kedua belah pihak harus merasa terpuaskan tanpa harus melakukan perilaku seks menyimpang. Jima merupakan rutinitas wajib suami istri, bukan yang terpenting memang.
Tapi bagi sebagian besar pasangan suami-istri, jima adalah kunci kebahagiaan dan kelanggengan rumah tangga. Bak sayur tanpa garam, hubungan suami istri terasa hambar tanpa jima. Sebagai aktifitas rutin, wajar saja bila sewaktu-waktu bisa membosankan. Bukan pada rasanya tapi sensasinya. Karena itulah banyak bermunculan variasi jima.
Sesuai dengan namanya, jima cepat adalah seks yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat. Hanya butuh waktu sekitar 5 sampai 10 menit. Foreplay, intercourse, dan afterplay-nya dilakukan dalam tempo cepat. Gerakan-gerakan yang diperlukan dalam proses rangsangan, yang biasanya dilakukan dalam foreplay, dapat digantikan dengan hal-hal yang bisa membangkitkan gairah dalam waktu sesingkat mungkin.
Boleh Saja Asal…
Ritme kehidupan metropolitan terkadang memaksa penghuninya masuk dalam lingkaran rutinitas yang tak ada ujungnya. Waktu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya demi tercapainya tujuan. Namun, seringkali kesibukan membuat hubungan pasangan suami istri tidak intim lagi. Kesempatan untuk bermesraan harus rela direnggut demi pekerjaan. Nah, untuk alasan yang seperti ini, jima kilat dapat menjadi solusi.
Sejauh tujuan dan niatnya sesuai dengan ajaran Islam, jima kilat boleh dilakukan. Apalagi bagi mereka yang sibuk dan tidak punya banyak waktu. Jima cepat dapat dijadikan alternatif agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti selingkuh. Namun, sekali lagi jangan sampai keluar dari koridor keislaman.
Jangan Jadi Menu Utama
Jima cepat yang juga disebut quickie ini bisa menjadi pilihan variasi. Dalam Islam pun, variasi dibolehkan asal tidak sampai melakukan perilaku jima menyimpang dan dilakukan untuk mencegah kejenuhan yang mungkin melanda. Namun, jangan jadikan jima cepat sebagai menu utama dalam kehidupan jima Anda.
Jima cepat adalah jima yang serba cepat dan tergesa-gesa, segala sesuatu yang dilakukan dengan terburu-buru biasanya hasilnya tidak maksimal. Kita tentu paham bahwa kenikmatan yang didapat saat melakukan jima cepat tentu saja berbeda dengan jima biasa.
Kepuasan mungkin didapat, tapi tidak seoptimal yang mungkin diharapkan. Apalagi untuk perempuan yang umumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai pucak ketimbang laki-laki. Perhatikan juga waktu dan tempat yang tepat. []