“KALAU menurut ibu omongan-omongan itu gak pas yaa neng… Ibunya sudah sedih jauh dari anak malah ditambahin penilaian-penilaian yang negatif, malah menantu ibu pernah curhat juga dibilang nitip anak ke pesantren biar bebas berkarir daripada susah cari pembantu.
“Ibu kadang heran, kalau sesama ibu tapi enggak bisa berempati rasanya jadi ibu. Dulu ibu sering selisih paham juga sama bapak, bapak selalu ngerasa perasaan ibu sama anak berlebihan, apalagi kalau awal masuk pondok, biasanya ibu memang konsentrasi ke sana nanganin anak, bapak suka protes katanya nanti bikin anak jadi makin cengeng. Tapi ibu bismillah aja, Neng. Sekarang bapak baru ngerasain buah manisnya apa yang dia tentang dulu.
BACA JUGA: Laki-laki Menikah Lagi Gak Perlu Izin Istri Tua kan? (1)
“Jadi apa aja tangisan mereka ibu cuma dengarkan. Ibu gak tanya kenapa mereka gak betah, kenapa mereka pingin pulang. Ibu cuma dengar….dengar….dengar…
“Dulu telepon pake telepon rumah, lebih mahal daripada sekarang. Mereka telepon nangis, apapun.. ibu dengarkan. Mereka minta ibu ke sana, ibu berangkat ke sana. Mereka minta ibu tungguin, ibu tungguin, ibu gak pernah menyalahkan anak ibu dengan sikap mereka karena menurut ibu itu memang hatinya anak, anak.TapI Ibu selalu bilang… ibu capek gak apa-apa… ibu susah gak apa-apa yang penting kamu jadi orang baik, ibu mondokin kamu bukan buat hapal hadits, bukan buat ngelotok segala kitab tapi buat nyari bekal kamu hidup. Kalau kamu sayang sama ibu, pasti kamu gak akan ngecewain ibu… ibu buat mereka melihat sendiri dan sadar inilah perjuangan ibu. Ibu mau mereka sadar sendiri tanpa dipaksa berpikir, karena semua yang dari hati lebih mudah melekat daripada apa yang dari mulut.
“Banyak orang malah memarahi anaknya, mengatai anaknya cengeng, menasehati berbisik sambil melotot, ada yang mengancam meninggalkan anaknya dan tidak akan jemput jika anaknya menangis, kalau ibu gak mau. Apalagi bilang, ibu sudah mahal-mahal bayar kamu malah mau pulang. Ibu gak mau membesarkan anak dengan ancaman, membesarkan anak dengan teriakan, membesarkan anak dengan belalakan mata, memaksa anak bukan mendidik anak. Didik anak dengan hati dan pelukan bukan memaksa mereka mengerti dan mengikuti apa yang kita inginkan tapi mengajak anak melihat bagaimana kita sebagai seorang ibu cuma berusaha melakukan apa yang terbaik buat anak-anaknya. Melakukan….bukan mengucapkan. Nah melakukan nya itu kita sesuaikan dengan karakter anak kita… 7 anak 7 katakter berbeda Neng… katanya sambil tersenyum dan mengusap lenganku.
“Ibu memilih capek dan susah buat ngejaga hati anak-anak ibu, banyak lulusan pondok pinter ngaji, hapal hadits, ngelotok kitab, tapi kehilangan hati, kurang empati, gampang berucap tanpa hati, bertindak tanpa hati bahkan memperlakukan anak, istri dan orang tuapun begitu.
BACA JUGA: Aku Paling Stres kalau Mudik ke Mertua
“Banyak orang tua lupa buat ngejaga hati anaknya padahal kalau hati baik, maka nanti baiklah anggota badan yang lain. Jika hati rusak, maka rusak pula yang lainnya. Bukan sekadar masukin anak ke pondok, lepaskan semuanya.
“Jangan kita menangani masa-masa sulit mereka tanpa jaga hatinya, karena merusaknya mudah memperbaikinya sulit. Jadi ibu gak musti bisa menyelesaikan semua masalah karena penyelesaian pun datangnya dari Allah, kita cuma perlu bersikap bagaimana seharusnya seorang ibu, Itu aja.
“Kalau orang tua cuma menunjukan marah, cuma menunjuk, bicara tanpa mau mendengar, maaf mungkin kedengarannya agak kasar tapi kalau menurut ibu seperti tak ubahnya seperti mendidik anjing, dia akan menurut tapi suatu saat dia malah bisa menggonggong dan menggigit kita.
“Alhamdulillah 7 anak 7 karakter, walaupun banyak keringat, air mata, menuai ocehan dan penilaian orang dimana-mana tapi semua bisa dilalui dengan baik. Selalu ada rasa bahagia saat anak-anak mengenang itu semua dan bilang, ibu kita memang berbeda…. saat mereka mencontoh kita dalam mendidik anak-anak mereka, itu akan jadi obat penat yang luar biasa.
“Jadi ibu, menangis itu biasa….. itu rasanya jadi ibu…. jangan menyerah Neng. Jangan lelah dengan penilaian negatif siapapun, kadang mereka hadir buat ujian kita, tapi kita harus kuat dan tegar buat anak-anak. Datangi dan peluk anaknya… dengarkan tangisannya..hingga tak bersisa sepatah kata tersimpan dihatinya. Insya allah nanti pada saatnya semua berlalu juga, tapi dia tau dan ingat kita selalu ada untuk mereka,” katanya sambil mengakhiri ceritanya.
BACA JUGA: Ma, Papa Itu Gak Mau Punya Anak Aku, Pengennya Punya Anak HP
Entah kenapa, ada rasa lega di dada mendengar cerita beliau.
Sambil melipat mukena beliau bilang, “Maaf yaa ibu cuma cerita pengalaman ibu aja, bukan ngajarin, orang tua sekarang lebih pintar daripada orang tua dulu, kalau ibu malu nasehatin orang tua sekarang. Mungkin cerita ibu ada yang gak cocok dengan hati Eneng, tapi mana tahu juga ada yang bisa diambil. Ibu gak bisa nolongin, cuma bisa doain aja…”
Aku memeluk beliau. “Ibu baik banget, anak ibu punya ibu yang baik dan hebat… makasih udah berbagi cerita ya bu… Insya Allah manfaat.”
Beliau tersenyum dan melambaikan tangan ke suaminya … lalu mereka keluar dari masjid. []
HABIS