AKTOR asal Amerika, Mahershalalhashbaz Gilmore atau yang sering dikenal dengan Mahershala Ali memutuskan untuk menjadi mualaf. Dia lahir tanggal 16 Februari 1974 di Oakland, California, AS.
Nama Ali menjadi terkenal setelah dia mendapatkan beberapa penghargaan acara bergengsi disana. Ali dibesarkan di Hayward, California. Ibunya adalah seorang pendeta. Dan ayahnya meninggalkan keluarga ketika Ali masih balita.
Dia menjadi muslim setelah mengenal wanita yang kini menjadi istrinya Amatus Sami-Karim. Perubahan hidup itu terjadi saat ia menempuh pendidikan di sekolah pascasarjana.
BACA JUGA:Â George Taka Meninggal, Istri: Dia Mualaf tapi Lebih Religius daripada Saya
Memandang perbedaan, Ali memiliki prinsip ketika melihat sebuah perbedaan, banyak orang akan terperangkap dengan hal-hal yang kecil. Perbedaan keyakinan, menurutnya adalah rahmat. Hak setiap orang untuk meyakini agama yang menurutnya benar. Seperti dirinya kini yang memeluk Islam merupakan haknya, kebebasannya dan pilihan hidupnya.
Dia bersyukur meski sang ibu adalah pendeta, dia tidak melarang dan memusuhinya karena memeluk Islam. Ali mengatakan perbedaan ini harus dikelola untuk menghasilkan keharmonisan keluarga.
Sebagai seorang aktor, Ali mengungkapkan bahwa keyakinan Islam membuatnya lebih baik. Keimanan membuatnya mudah berempati dan menghayati peran yang dimainkan. Dia juga menambahkan bahwa agamanya memberikan dorongan positif kepadanya untuk menjadi yang terbaik. Dimulai dengan semangat dan melakukan hal yang bermanfaat.
Mahershala sebenarnya adalah nama kecilnya. Peristiwa teroris September 2001 menyisakan kesedihan dalam bagi Ali. Ketika itu dia masuk dalam daftar pantauan teroris karena nama uniknya.
BACA JUGA:Â Kisah Roger Danuarta, dari Narkoba hingga Mualaf
Dia telah banyak mengalami diskriminasi sebagai seorang muslim. Namun pengalaman pahit itu tak membuatnya patah semangat. Apa yang dia alami adalah motivasi untuk bangkit dari keterpurukan dan menunjukkan kepada masyarakat di sana bahwa prasangka buruk adalah sendi kehancuran negeri tempatnya tinggal.
“Jika Anda masuk Islam setelah beberapa dekade menjadi orang kulit hitam di AS, diskriminasi yang Anda terima sebagai seorang Muslim tidak terasa seperti kejutan. Saya telah berhenti, bertanya di mana pistol saya, bertanya apakah saya seorang germo, apakah mobil saya terpisah. Muslim akan merasa seperti ada diskriminasi baru yang belum pernah mereka terima sebelumnya tetapi ini bukan hal baru bagi kami. “ujar dia.
Namun dia meyakini kedzaliman yang dialaminya akan hilang dan dia merasa bangga akan keislamannya. []
SUMBER: REPUBLIKA