Oleh : Setia Furqon Kholid (Motivator termuda se-Asia)
BANYAK diantara kita yang sangat anti dengan yang namanya “Kaya”. Ada tetangga punya mobil bagus, cuman bisa bilang “Pasti hasil korpusi!” atau “pake tuyul apa?”
Ada Ustadz kaya dari bisnis, dibilangnya, “Wah cinta dunia, udah parah nih Ustadz”.
Kasian ustadz-ustadz kita. Miskin terhina, kaya dianggap cinta dunia.
Padahal, siapa tahu dia kaya dengan cara yang halal, sedekahnya banyak, zakat gak pernah ketinggalan, bisa menghajikan orang tuanya, mengumrohkan tetangganya, buka pesantren. Nah kita? Hanya bisa mencibir dan nggak ada bukti.
BACA JUGA: Kalau Anda Kaya, Kalau Anda Miskin …
Dalam sebuah hadits Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Amr bin al Ash ketika akan diutus memimpin pasukan, “Hai Amr, sebaik-baik harta adalah untuk orang yang sholih” (HR. AHMAD).
Buktinya sekarang, karena ekonomi dunia yang megang orang-orang kafir. Islam disudutkan, nyaris semua makanan dan perlengkapan mandi kita adalah produk mereka. Padahal hasil keuntungannya mereka gunakan untuk membunuh saudara-saudara muslim di dunia. Seperti di Palestina.
Di sisi lain, tidak sedikit muslimah yang dengan semangat perjuangan, membayangkan punya suami aktifis namun romantis. Kemana-mana boncengan pake motor bebek bersahaja, makan sepiring berdua, kamar ukuran dua kali tiga. Ngakunya zuhud, aslinya emang belum mampu. Iya kan? Oke sih kalau masih berdua. Lah kalau udah punya 3 anak? Masih bertahan dengan sepiring berlima?
Misalnya nih, ada fakir miskin terus nggak makan, dikatakan zuhud nggak? Pasti bukan. Karena zuhud itu pasca sejahtera, artinya zuhud itu saat kaya, memilih untuk tidak bermewah-mewahan, padahal mampu. Nah ini, sejahtera aja belum!
Ada fenomena menarik yang terjadi di Mekkah. Saat musim haji kemarin, jutaan orang ibadah di Masjidil Harom. Makannya kemana? di depan Masjid, mereka dengan bangganya makan KFC, Burger King, dll. Produk mana? Yahudi kan?
Kayanya mereka (yahudi) ketawa sambil bilang, “Ibadah aja sana, yang penting makannya disini”. Saya rasa dalam puluhan hari, restoran siap saji itu dapat untung puluhan miliyar. Kita? ngabisin jutaan rupiah membeli produk mereka.
Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal termasuk kebahagiaan anak Adam yaitu istri solehah, rumah yang nyaman, kendaraan yang nyaman,” (HR. Ahmad).
Tuh kan! Lagi-lagi sebagai muslim memang dituntut untuk kaya. Bukan hanya kaya hati dan kaya karya aja. Tapi juga harus kaya raya. Coba saja cermati hadist di atas. Memangnya mudah dapetin istri solehah? Minimal kitanya harus soleh. Apalagi kalau dia anak orang berada, nasab bagus, prestasi oke. Nabi Muhammad saja memberi mahar untuk Siti Khadijah sebanyak 100 ekor unta (kalau 1 ekor 10 juta = Rp 1 M). Bayangkan diusia 25 tahun, punya uang cash Rp.1 M. Nah kita? Usia 25 tahun banyak yang masih nyari kerja. Belum kepikiran nikah. Setelah nikahpun banyak yang “kontraktor”, maksudnya dari satu kontrakan pindah ke kontrakan lainnya.
BACA JUGA: Andai Aku Kaya
Rumah yang nyaman, dalam sebuah hadits dikatakan minimal punya 6 kamar. Lah ini, kalau ukuran kamar hanya dua kali tiga, kasian kalau anak mau main. Belum apa-apa udah kebentur tembok.
Kendaraan yang nyaman. Nabi itu punya unta terbaik, kuda terbaik, pedang terbagus. Ya, standar kita punya mobil, motor dan alat komunikasi yang mempermudah ibadah dan dakwah. Jadi, masih mau jadi muslim biasa aja?
Nanti kita bahas gimana caranya “Kaya dengan jalan yang diridhoi Allah”. Minimal sekarang kita punya persepsi baru tentang kekayaan ya! So, semuda mungkin, mulailah mandiri. Bangun kerajaan bisnis dari sekarang! Jangan mau jadi muslim yang dikasihani, didzalimi, dan tak bisa memberi solusi.
Diakhir catatan ini, saya mengutip do’a yang Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wassalam panjatkan, “Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kefakiran dan kekufuran serta adzab kubur,” (HR. Abu Dawud). []