JAKARTA — Sistem zonasi sekolah yang diterapkan Kemendikbud, menuai kontroversi. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy yang menjadi sasaran kritik para orang tua akibat penerapan sistem zonasi dalam penerimaan siswa baru, angkat bicara.
Muhadjir Effendy menegaskan, sistem zonasi adalah yang terbaik untuk memperbaiki sistem pendidikan secara radikal. Sistem ini telah di terapkan di sejumlah negara sehingga dunia pendidikan mereka bisa maju seperti sekarang. Badan Litbang Kementerian yang dipimpinnya sudah melakukan kajian terhadai sistem ini jauh sebelum dirinya menjadi menteri.
BACA JUGA: Pengamat Pendidikan: Permasalahan Zonasi Sekolah Terletak Pada Kuantitas Sekolah Dengan Jumlah Siswa
“Jadi bukan serta-merta, saya mimpi dapat wangsit terus menerapkan kebijakan zonasi ini. Tidak,” kata Muhadjir yang sebelumnya merupakan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Dalam menerapkan sistem zonasi sekolah, Muhajir mengaku merujuk pada negara maju seperti Amerika, Australia, Jepang, negara-negara Skandinavia, Jerman, dan Malaysia yang bisa maju antara lain karena menerapkan sistem zonasi. Persoalan yang dihadapi negara-negara itu pun pada awalnya sama dengan Indonesia, terkait infrastruktur dan kualitas guru yang belum merata. Secara bertahap mereka terus menyempurnakannya sehingga maju seperti sekarang.
BACA JUGA: Kisruh PPDB Sistem Zonasi, LPA Generasi Minta Dikaji Ulang
“Jadi kalau dibilang sebaiknya menunggu semua infrastruktur sudah baik secara merata, ya tidak perlu ada zonasi. Justru sistem zonasi ini diterapkan untuk mengoreksi dan mengejar ketimpangan secara radikal,” tegas Muhajir seperti dikutip dari Detik.
Kendati demikian, Muhajir tak sepenuhnya menutup mata dan telinga atas berbagai kritik yang bermunculan. Terkait keluhan prosentase alokasi bagi calon peserta didik yang berprestasi, dia menyatakan, bersedia mengoreksinya.
“Kalau sebelumnya alokasinya cuma lima persen, saya tingkatkan menjadi 5-15 persen,” uja pria kelahiran Madiun, 29 Juli 1956 itu. []
SUMBER: DETIK