RASULULLAH shallallahu alaihi wasalam bersabda: “Perumpamaan rumah yang di dalamnya ada dzikrullah, dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati.” (HR Muslim dan Abu Musa)
Karena itu rumah harus dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai macam dzikir, baik itu dzikir dalam hati maupun dengan lisan, shalat, atau membaca shalawat dan Al-Qur’an, atau mempelajari ilmu-ilmu agama, atau membaca buku-buku lain yang bermanfaat.
Saat ini betapa banyak rumah-rumah umat Islam yang mati karena tidak ada dzikrullah di dalamnya. Malah yang menjadi dendangan di dalam rumah itu adalah syair-syair dan lagu-lagu setan, menggunjing, berdusta atau bahkan mengadu domba.
BACA JUGA: Teladan dari Ummu Humaid: Muslimah Lebih Baik Shalat di Rumah
Bahkan tak sedikit pula rumah-rumah yang penuh dengan kemaksiatan dari kemungkaran, seperti ikhtilath (campur baur dengan lawan jenis) yang diharamkan, tabarruj (pamer kecantikan dan perhiasan) di antara kerabat yang bukan mahram.
Bagaimana mungkin malaikat akan masuk ke dalam rumah dengan keadaan seperti itu. Karena itu kita harus menghidupkan rumah kita dengan dzikrullah, juga menjadikan rumah sebagai tempat beribadah. Allah berfirman:
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: “Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu sebagai kiblat dan dirikanlah shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.” (QS Yunus: 87).
Ibnu Abbas berkata: “Maksud disuruh menjadikan rumah-rumah mereka sebagai kiblat yaitu mereka diperintahkan menjadikan rumah-rumah itu sebagai masjid-masjid (tempat beribadah).”
Hal ini menegaskan betapa pentingnya ibadah di dalam rumah-rumah, terutama dalam waktu-waktu lemah dan tertindas, demikian pula dalam beberapa kesempatan manakala umat Islam tidak mampu menampakkan shalat mereka di hadapan orang-orang kafir.
Dalam hal ini kita juga perlu mengenang kembali mihrab Maryam, yakni tempat peribadatan beliau, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:
“Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di Mihrab ia dapati makanan di sisinya.” (QS Ali lmran: 37)
BACA JUGA: Jadikan Rumahmu sebagai Kiblat, Apa Maksudnya?
Para sahabat juga amat memperhatikan masalah shalat di dalam rumah mereka selain shalat fardhu. Sebuah kisah di bawah ini menarik sebagai pelajaran bagi kita :
“Dari Mahmud bin Ar-Rabi’ Al-Anshari, bahwasanya Itban bin Malik – dia adalah salah seorang Sahabat Rasulullah SAW yang ikut serta dalam perang Badar, dari kaum Anshar – ia datang kepada Rasulullah SAW lalu berkata: “Wahai Rasulullah, pandanganku telah menipu tapi aku tetap shalat bersama kaumku, apabila turun hujan,
“mengalirlah air di lembah (yang memisahkan) antara aku dengan mereka sehingga aku (tak) bisa datang ke masjid mereka dan shalat bersama-sama, aku sangat ingin wahai Rasulullah, jika engkau datang kepadaku dan shalat di dalam rumahku sehingga aku menjadikannya sebagai mushalla (tempat shalat).”
Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Akan aku lakukan Insya Allah.”
“Itban berkata: “Maka berangkatlah Rasulullah SAW dan Abu Bakar ketika siang (nampak) meninggi, maka Rasulullah SAW meminta izin, lalu aku mengizinkan kepada beliau, beliau tidak duduk sebelum masuk ke dalam rumah lalu Beliau berkata: “Di bagian mana engkau suka aku melakukan shalat dari rumahmu?”
“Ia berkata: ‘Maka aku tunjukkan kepada beliau suatu arah dari rumahku, maka Rasulullah SAW berdiri kemudian bertakbir, lalu kami semua berdiri membentuk barisan, dan Nabi Shallallahu alaihi wasalam shalat dua rakaat kemudian salam’.”
Dalam memetik pelajaran dari hadits di atas, Ibnu Hajar berkata: “Di situ merupakan pelajaran, agar kita menggunakan tempat tertentu untuk melakukan shalat dalam rumah.” []