MANUSIA sejatinya memiliki sifat kebenaran. Namun, terkadang banyak yang menafikan kebenaran itu atau ada yang menerimanya tapi hanya setengah-setengah saja. Ada tiga macam golongan manusia berdasarkan perilaku dan sikapnya terhadap kebenaran. Masing-masing golongan mencerminkan pesona dan masa depannya kelak, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman yang artinya;
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar,” (QS. Fathir:32)
Golongan pertama adalah orang yang menganiaya dirinya. Mereka adalah orang-orang yang mengira bahwa kehidupan ini dimaksudkan untuk bersenang-senang sehingga melupakan kehidupan sesuadahnya. Mereka hidup untuk tidur, menimatai makanan, berfoya-foya, dan mengumbar nafsu dalam perbuatan maksiat.
Mereka melupakan pengawasan Allah atas dirinya. Mereka tidak pernah menyadari usianya dijatah oleh Allah untuk waktu yang amat terbatas. Mereka lupa bahwa kelak di hari akhir harus berjumpa dengan Allah dan melaporkan semua yang pernah ia lakukan saat ini.
Orang seperti ini bergaul dengan orang-orang kafir dan ahli kemungkaran. Kelak mereka tidak akan mendapatkan jaminan masa depan yang baiuk. Di akhirat, mereka menemukan dirinya sebagai manusia yang merugi dan dihinakan.
Golongan kedua adalah orang-orang pertengahan. Mereka setengah-setengah dalam menanggapi perkataan Allah dan Rasul-Nya. Mereka menjalankan kebaikan, dan sedikit dalam gemilang kemaksiatan. Mereka menjalankan shalat sebagaimana Allah memerintahkan kepadanya.
Namun, waktu-waktu luang bagi mereka adalah kebebasan untuk melenakan diri. Mereka bermain-main bersama teman-temannya, menonton televisi yang tidak baik, tidur berlebihan, dan berlama-lama dalam hiburan. Mereka tidak meluangkan waktu untuk membaca Kitab Allah dan berdzikir kepada-Nya.
Manusia pertengahan ini tidak mendapat keberkahan hidup. Mereka sadar menggugurkan kewajiban dan menjaga diri dari murtad. Tidak ada jaminan istimewa dari Allah untuk orang-orang seperti itu.
Golongan ketiga adalah manusia yang bergegas menjemput kebaikan. Mereka dalah orang-orang terbaik yang selalu menjalankan perintah Allah dan benar-benar menjauhi larangan-Nya. Mereka meluangkan waktu untuk berjihad, berdakwah, dan membantu sesama. Setiap detik waktu luang mereka adalah amal shaleh. Setiap kesempatan adalah karya. Orang-orang seperti inilah yang kelak mendapat surga dari Allah. Waallahu’alam []
Sumber: Abu Faiz Ramadhan, Ummu Fanisa. La Tahzan untuk Penanti Jodoh. Surakarta: Kelompok Penerbit Ziyad Visi Media