TAK ada seorang manusia pun di dunia ini yang selalu menang, beruntung terus-menerus. Juga tidak ada yang kalah, rugi terus-menerus. Hidup adalah bagaikan putaran roda, kadangkala berada di atas kadangkala berada di bawah. Itulah sunatullah, dan manusia tidak mampu untuk mengubahnya sebagaimana Allah SWT berfirman dalam al Qur’an:
“Dan masa kejayaan dan kehancuran itu kami pergilirkan di natara manusia (agar mereka mengambil pelajaran) dan supaya Allah SWT membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang kafir), dan kamu sebagiannya dijadikan sebagai syuhada,” (QS. Ali Imron : 140).
BACA JUGA: Ini Kunci Kenapa Orang-Orang ‘Zaman Dulu’ Lebih Cerdas
Jadi betapapun hebatnya seseorang, pasti dia pernah mengalami kegagalan, kekalahan, dan kasalahan. Memang sering kali kita dipersiapkan baik oleh diri kita sendiri, keluarga, lingkunga ataupun masyarakat untuk siap menghadapi keberhasilan.
Kita tidak pernah mempersiapkan diri untuk menghadapi kegagalan. Sehingga di saat seseorang menghadapi kegagalan maka yang terjadi adalah sikap keputusasaan, frustasi, stress, dan segala bentuk sikap negative lainnya.
Karena itulah dalam kondisi yang seperti ini dibutuhkan kesiapan mental dan emosi dalam menyikapinya. Inilah yang dinamakan dengan kecerdasan emosi (emotional intelligent) dalam bentuk kesabaran dan ketawakalan penuh pada Allah SWT. Inilah maksud dari firman Allah SWT dalam al qur’an surat al Baqarah ayat 45 yang artinya:
“Dan jadikanlah sabar dan shalat sebgai penolongmu.”
Kenapa dengan sabar dan shalat? Karena sabar dan shalat adalah sumber ketenangan jiwa kita. Permasalahan besar akan tidak terlalu bermasalah bhkan tidak bermakna apa-apa jika jiwa kita tenang dalam menghadapinya.
BACA JUGA: Kecerdasan Imam Al-Bukhari; Wujud Ketaatan Kedua Orang Tua kepada Allah
Oleh karena itu, orang yang memiliki antusiasme untuk maju, menghadapi segala kesalahan, kekurangan, permasalahan, dan kegagalan adalah sesuatu yang lumrah. Lebih baik bergerak dan salah daripada diam dan salah.
Kalau kita tidak memiliki aktivitas dan kreativitas, padahal salah dan terus diam, maka selamanya akan terus bermasalah. Tapi kalau salah dalam aktivitas, maka setidaknya ada oranglain yang memperingatkan dan tak mungkin kealahan itu terulang kembali. So, jadilah pribadi yang cerdas emosinya dengan sabar dan shalat. []