WANITA mulia ialah dia yang bisa menjaga kehormatan dirinya, keluarganya, dan agamanya. Dia memiliki akhlaq baik, yang siapapun orang bersamanya menjadi nyaman, dan ketiadaannya sangat dirindukan. Wanita yang selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di hadapan Allah SWT.
Ada sebuah kisah yang ibrahnya sangat bagus untuk dicontoh, bagi setiap wanita yang berharap menjadi wanita mulia.
Alkisah, ada seorang pemuda yang kehabisan bekal dalam perjalanannya. Dalam laparnya ia memutuskan untuk beristirahat di tepi sebuah sungai. Tak lama berselang, dilihatnya ada satu buah delima yang terbawa aliran air sungai. Segera ia mencebur ke sungai dan diambilah buah delima itu.
BACA JUGA: 10 Cara Menjaga Kehormatan Muslimah
Tanpa berpikir panjang, ia pun segera melahap buah delima itu untuk menopang perutnya yang sudah keroncongan. Setelah buah delima habis, ia baru tersadar. “Astaghfirullah, jangan-jangan buah delima yang kumakan tadi ada pemiliknya. Aku sudah memakannya tanpa meminta izin dulu ke pemiliknya. Aku harus mencari siapa pemilik delima itu untuk meminta rida, karena aku sudah memakan delima itu tanpa sepengetahuannya.”
Maka sang pemuda itu menyusuri sungai untuk mencari tahu delima itu milik siapa. Ketika dijumpainya desa di sepanjang aliran, ia selalu bertanya kepada penduduk desa tersebut, apakah ada yang kehilangan buah delima. Berkali-kali, hingga tibalah ia di sebuah rumah di tepi sungai yang ada pohon delimanya. Ia bertanya kepada pemilik rumah, seorang bapak-bapak.
“Maaf apakah Bapak pemilik pohon delima ini?” tanya pemuda itu.
“Iya, benar. Ada apa?”
Akhirnya sang pemuda menceritakan semuanya dengan detail.
“Begitulah ceritanya, Pak. Saya sangat lapar waktu itu, hingga tidak sempat berpikir bahwa delima itu ada pemiliknya. Maka saya menyusuri sungai ini dalam rangka meminta keridaan Bapak agar delima yang saya makan ini halal.”
Sang Bapak berpikir sejenak, kemudian menjawab,
“Baiklah, aku rida, tetapi dengan satu syarat.”
“Syarat apa itu, Pak?”
“Aku punya anak perempuan yang bisu, tuli dan buta. Aku baru mengikhlaskan delima itu jika kamu mau menikahi putriku itu.”
Sang pemuda kaget bukan main. Tak disangka syaratnya akan seberat itu. Tetapi ia pemuda shaleh. Ia tak berani sedikit pun melanggar larangan Allah. Maka diterimalah syarat yang diajukan oleh sang bapak tersebut.
Tak selang lama dilakukanlah akad nikah. Sang bapak bertindak sebagai wali. Pernikahan dilaksanakan tanpa kehadiran pengantin wanita.
Singkat kisah, setelah menikah, sang pemuda itu hendak menemui istri yang baru saja dinikahinya. Ia ketuk kamarnya,
“Assalamualaikum.”
Sebuah suara menjawab dari dalam, “Waalaikumsalam.”
Pemuda itu terkaget. Dikiranya salah kamar. Ia pun bertanya pada sang bapak. Sang bapak menjawab, “Engkau tidak salah kamar. Masuklah. Yang menjawab tadi adalah istrimu.
Pemuda itu pun masuk ke dalam kamar. Dilihatnya seorang perempuan yang sangat cantik dan penampilannya anggun, tersenyum menyambutnya. Pemuda itu berlari keluar kamar.
BACA JUGA: Bertahun-tahun Bekerja, Kau Tak Bisa Bedakan Buah Masam dan Manis?
“Pak, kata Anda istri saya perempuan yang buta, bisu, dan tuli. Tetapi di dalam kamar yang saya lihat adalah perempuan yang sangat cantik. Tidak bisu, buta, dan tuli.”
“Anakku, benar, dialah istrimu. Aku mengatakan putriku adalah gadis bisu, karena tak pernah keluar dari lisannya satu pun kalimat kecuali kalimat yang baik. Tak pernah sekalipun ia melihat sesuatu, kecuali ia memastikan bahwa yang akan dilihatnya adalah sesuatu yang baik. Dan tak pernah sekalipun ia menggunakan pendengarannya untuk mendengar selain yang baik.
“Ketika aku melihatmu datang hanya untuk meminta rida, karena tak sengaja makan sebuah delima yang kau temukan, maka aku berkesimpulan, bahwa engkau pemuda saleh. Engkau sangat menjaga perutmu dari makanan yang meragukanmu. Sejak lama aku mencari pemuda saleh untuk menjadi pendamping putriku. Dan saat melihat mu, aku yakin engkaulah yang pantas mendampingi putriku.”
Sang pemuda itu pun bahagia bukan main.
Inilah kisah. Yang ibrahnya, tak apa menjadi wanita yang buta, bisu, dan tuli. Dalam yang tak Allah SWT sukai. Demi bisa menjaga kemuliaan diri. [ ]
REDAKTUR: NUNUNG MUNAWAROH | EDITOR: SAAD SAEFULLAH