Oleh: Vienna Aliefa
TENTANG jadi pemaaf, Allah SWT menyebutkannya dalam Qs. Al-‘araaf : 199:
خُذِ ٱلۡعَفۡوَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡعُرۡفِ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡجَٰهِلِينَ
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh.”
Mana yang lebih utama bagi jiwa kita, meminta maaf atau memaafkan? Ternyata dalam Al-quran
hanya ada perintah memaafkan yang tersebar di beberapa surah, di antaranya pada ayat di atas dan berikut ini:
“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran: 134)
BACA JUGA: Penagih Utang yang Pemaaf
“…dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. An-Nuur: 22)
Allah Maha Tahu bahwa memaafkan bukan pekerjaan mudah sebab ego, sakit hati, dendam, kecewa, marah, kerap menguasai nafsu seseorang sehingga dadanya menjadi sempit sampai sulit memaafkan kesalahan atau kekurangan orang lain.
Penggunaan kata al-‘afwu di dalam Al-quran secara makna yakni tulus memaafkan kesalahan orang lain tanpa meninggalkan rasa benci dan rasa ingin membalas. Maka yang dimaksud pemaaf, adalah ketika seorang mudah memberi maaf yang tidak sekadar keluar dari lisan, namun juga disertai kelapangan jiwa dan ikhlas tanpa ada keinginan untuk membalas dendam.
BACA JUGA: Indahnya Jadi Orang Pemaaf
Maka pantaslah kalau pemaaf menjadi salah satu sifat orang bertaqwa. Balasannya selain ia disukai Allah dan manusia, serta mendapat banyak kebaikan dalam hidup, ia juga akan mudah mendapat ampunan Allah, dan dijanjikan masuk surga yang luasnya seluas langit dan bumi.
Jadi, mau terus berusaha untuk punya sifat pemaaf, kan?
Wallahu ‘alam bi ash-shawwab. []