RASULULLAH SAW telah mewanti-wanti kita semua untuk menjaga lisan, nikmat besar Allah yang dianugerahkan kepada manusia. Lisanlah alat komunikasi terpenting manusia, melahirkan apa yang ia pikirkan dan yakini. Kemampuan seseorang menjaga lisan untuk mengucapkan hanya yang baik dan benar merupakan prestasi luar biasa yang menjamin keseluruhan anggota tubuh dalam keadaan baik.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ada seorang remaja menemui ajalnya pada perang Uhud. Ia ditemukan dalam keadaan di mana perutnya diikat dengan batu untuk menahan lapar. Ibunya mengusap debu di wajahnya seraya berkata: “Anakku, selamat bagimu karena kau telah mendapatkan surga”. Rasulullah bersabda: “Apa yang membuatmu yakin? Barangkali saja ia berbicara tentang hal yang tidak penting dan mencegah sesuatu yang tidak merugikannya.” (HR Tirmidzi)
BACA JUGA: Pahala Habis karena Lisan yang Buruk di Sosial Media
Rasulullah SAW bersabda: “Siapapun yang banyak bicara, maka dia akan banyak keliru. Orang yang banyak keliru, maka dosanya akan berlimpah. Orang yang dosanya berlimpah, akan masuk neraka” (HR Tahbrani)
Itulah barangkali kenapa orang yang banyak bicara hatinya menjadi keras. Setiap dosa yang dilakukan menyebabkan hati menjadi keras, semakin banyak dosa semakin keras pula hatinya.
Betapa banyak manusia yang senang melibatkan diri dalam urusan yang tidak berfaedah. Kita bisa mengevaluasi pembicaraan yang ada di radio, televisi, kumpulan orang, rapat, pasar, terminal dan lain sebagainya. Cobalah simak, yang lebih banyak pembicaraan baik, sia-sia, atau pembicaraan buruk?
Ternyata pembicaraan sia-sia dan tidak baik lebih dominan. Apalagi dalam sinetron, infotainmen, berita, percakapan, dan lain sebagainya; lebih sedikit perkataan baik kita dengarkan. Kepada kita banyak diperlihatkan dan diperdengarkan kata-kata caci maki, perbincangan aib, ghibah, kecurigaan, pertentangan, penghinaan, dan pembicaraan buruk lainnya yang seharusnya kita hindari jauh-jauh.
Membiarkan diri menyukai acara-acara tersebut dan menyempatkan duduk berlama-lama menikmatinya membuat hati tidak peka terhadap kebenaran. Kita akan dibuat toleran terhadap perbincangan negatif dan sia-sia, dan menjadi semakin parah ketika ikut terlibat mengomentarinya.
Diam tanpa komentarpun membawa kita terlibat dalam perbuatan sia-sia (al-laghwu), bahkan dapat menjadi mungkar karena meningkatkan rating acara. Semakin tinggi rating acara televisi atau radio, semakin lama bertahan, semakin banyak ditonton orang.
Anjuran Nabi untuk menjaga lisan
Dari Uqbah bin Amir ia berkata: “Saya bertemu Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda kepadaku: “Wahai Uqbah bin Amir, sambunglah (hubungan silaturahim) terhadap orang yang memutuskannya, berikanlah (sesuatu) kepada orang yang telah mengharamkannya untukmu dan maafkanlah orang yang telah menzhalimi kamu.” Uqbah berkata, “Kemudian saya mendatangi Rasulullah SAW, beliau lalu bersabda kepadaku: “Wahai Uqbah, jagalah lisanmu, menangislah atas dosa-dosamu dan hendaklah rumahmu memberikan kelapangan untukmu.” (HR Ahmad)
BACA JUGA: Awas, Inilah 6 Faktor yang Membuat Lisan Gemar Menggunjing
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah SAW bersabda: “Bila manusia berada di waktu pagi, seluruh anggota badan menutupi (kesalahan) lisan lalu berkata: Takutlah pada Allah tentang kami, kami bergantung padamu, bila kau lurus kami lurus dan bila kamu bengkok kami bengkok.” (HR Tirmidzi)
Dari Sahl bin Sa’d dari Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR Bukhari)
Cobalah evaluasi, dalam 24 jam terakhir perbuatan dan pembicaraan apa saja yang kita lakukan yang tidak berguna? Apakah ada obrolan ngalor ngidul atau ke sana ke mari yang tidak jelas faedahnya? Yakinkah bicara kita baik-baik?
Marilah kita yakinkan diri untuk berkata hanya yang baik! []
SUMBER: TUNTUNAN ISLAM