Oleh: R. Nadila Salsadila Hidayat
rnadilasalsadila02@gmail.com
AWAL Maret 2020, negara Indonesia digegerkan oleh kasus pertama COVID- 19. Pasien yang terinfeksi virus SARS-Cov-2 dapat menunjukan gejala ringan ataupun serius, tergantung respon kekebalan tubuh masing-masing pasien.
Pasien yang menunjukan gejala serius seperti sesak napas berat menandakan adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh infeksi virus. Sebab, ketika virus menginfeksi tubuh inang, sel-sel pada tubuh inang otomatis terserang oleh virus untuk dapat bereplikasi dan bertahan hidup.
Kerusakan jaringan yang disebabkan infeksi virus menyebabkan produksi sitokin proinflamasi yang berlebihan.
BACA JUGA: 7 Manfaat Air Rebusan Jahe untuk Kesehatan dan Resep Wedang Jahe Serai
Produksi sitokin merupakan salah satu bentuk kekebalan tubuh dalam memproduksi imun untuk melawan virus, akan tetapi produksi sitokin yang berlebihan dapat mengaktifkan lebih banyak sel imun, menyebabkan hiperinflamasi disebut badai sitokin (Rosyanti & Hadi, 2020).
Badai sitokin yang tidak terkendali pada pasien COVID-19, dapat menyebabkan kerusakan jaringan lainnya seperti kegagalan organ yang berujung kematian akibat acute respiratory distress syndrome (ARDS). ARDS menyebabkan organ paru-paru gagal berfungsi, akibat penumpukan cairan di alveoli.
Tercatat pada 3 September 2021, sebanyak 134 ribu masyarakat Indonesia meninggal akibat COVID-19. Sehingga tidak heran, jika masyarakat Indonesia melakukan berbagai upaya pencegahan dari infeksi SARS-Cov-2 dengan cara mengonsumsi suplemen atau obat herbal peningkat imun Jahe (Zingiber of icinale Rosc.) merupakan salah satu komoditas pertanian famili Zingiberaceae yang berkhasiat untuk kesehatan dan memiliki kandungan aktif
yang bersifat antivirus.
Morfologi tanaman jahe terdiri atas akar yang berbentuk bulat, rimpang yang tidak teratur, batang berbentuk bulat pipih, bentuk daun melanset dengan ujung daun meruncing dan pangkal daun tumpul, serta bunga yang terbentuk langsung dari bagian rimpangnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ulfah dan Mutakin (2017), tanaman jahe mengandung minyak atsiri serta kurkumin yang dapat menghambat pertumbuhan virus.
Kurkumin pada tumbuhan famili Zingiberaceae seperti jahe, temulawak, dan kunyit mampu menghambat pertumbuhan virus sebab dapat berikatan dengan reseptor protein SARS-Cov-2 baik secara langsung dengan merusak tubuh virus atau melalui penekanan saat proses replikasi virus (Mathieu and Hsu, 2018).
Selain menghambat proses replikasi virus, kurkumin juga menghambat pelepasan sitokin dalam jumlah besar sehingga badai sitokin dapat dicegah. Di Indonesia sendiri, jenis jahe ada tiga macam yaitu jahe merah atau jahe
sunti, jahe putih atau kuning besar (jahe gajah atau badak), dan jahe putih atau kuning kecil (jahe emprit).
Selain memiliki kandungan minyak atsiri, jahe juga memiliki kandungan aktif lainnya seperti gingerol, shogaol dan zingerone yang bersifat antioksidan, antiinflamasi, analgesik, dan antikarsinogenik (Febriani dkk., 2018).
Berbeda dengan jenis tanaman obat lainnya yang rasanya pahit saat dikonsumsi, jahe memiliki ciri khas unik yaitu pedas hangat.
BACA JUGA: Jahe Merah, Ini Ternyata Manfaat dan Khasiatnya
Selain itu, jahe dapat diolah menjadi minuman dan jenis olahan lainnya sehingga mudah dikonsumsi. Keunikan lainnya dari tanaman jahe ialah salah satu tanaman yang disebutkan dalam Al-Quran QS. Al-Insan:17.
Berikut ini ayat Al-Quran yang menyebut tanaman jahe : “Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.”
Begitulah karakteristik jahe dengan segala keunikannya, subhanallah Allah SWT memang tidak pernah menciptakan sesuatu dengan asal pasti selalu ada kebermanfaatannya. []
DAFTAR PUSTAKA
Febriani, Y., Riasari, H., Winingsih, W., Aulifa, D. L., & Permatasari, A. (2018).
The Potential Use of Red Ginger (Zingiber officinale Roscoe) Dregs as Analgesic. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology, 1(1), 57-64.
Mathew, D., & Hsu, W. L. (2018). Antiviral potential of curcumin. Journal of functional foods, 40, 692-699.
Rosyanti, L., & Hadi, I. (2020). Respon Imunitas dan Badai Sitokin Severe Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2: Literatur Review.
Ulfah, N. N., & Mutakin, M. (2017). Review Aktivitas Antivirus Ekstrak Lima Tanaman Rimpang Terhadap Penghambatan Virus Influenza H5N1dengan Metode In Vitro. Farmaka, 15(3), 153-161