Oleh: Vivi dianisa, Della Oktavia Ananda, Audina Fitri, Muhammad Fadli
Fakultas Bahasa dan Seni, Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Indraprasta
dnshxvii@gmail.com
NAMA lengkapnya adalah Jalal al-Din Muhammad, tetapi kemudian dia lebih dikenal sebagai Mawlana Jalal al-Din Rumi atau Rumi saja. Jalal al-Din Rumi terkenal bukan hanya di timur tetapi juga di barat. Beberapa sarjana barat telah memujinya sebagai penyair sufi paling menonjol yang pernah dihasilkan di Persia”, bahkan ada yang menyebutnya, “penyair mistik terbesar/ teragung sepanjang masa”.
BACA JUGA: Maulana Jalaludin Rumi, Sang Pujangga Cinta
Annemarie Schimmel menyimpulkan, “Kita dapat dengan aman mengatakan bahwa tidak ada penyair dan mistik Islam lainnya yang dikenal demikian baik di barat, selain Jalal al-Din Rumi.”
Mawlana Jalal al-Din Rumi lahir di kota Balkh (sekarang Afghanistan) pada tanggal 6 Rabiul Awwal atau 30 September 1207. Dari pihak ayahnya, ia merupakan keturunan dari Khalifah Abu Bakar Ashshiddiq. Dan dari pihak ibu dari keturunan Ali Bin Abi Thalib.
Pada kira-kira usia 12 tahun, ia bersama seluruh anggota keluarganya diam-diam meninggalkan kampung halamannya menuju Tanah Suci, menunaikan ibadah Haji.Namun tidak untuk kembali, karena ayah Jalal al-Din Rumi, Baha al-Din walad, telah mendengar tentang invasi Mongol ke arah kota kelahiran Rumi.
Kota pertama yang dikunjungi dalam perjalananya adalah Nisyapur, dan bertemu dengan Farid al-Dhin Aththar. Farid adalah seorang sufi penyair terkenal dan menyerahkan bukunya yang berjudul Asrar Nameh (buku tentang rahasia-rahasia).
Dari Nasyapur, keluarga Jalal al-Din Rumi pergi ke Baghdad, dimana mereka mendengar penyergapan kota Balkh oleh Jengis Khan, sehingga kota tersebut luluh lantak. Keluarga Rumi kemudian pergi ke Armenia kemudian ke Zaranda, sebelah tenggara Konya. Di sini Jalal al-Din Rumi, dalam usianya yang ke-18 menikah dengan Jawhar Khatun, putri dari Lala Syarif al-Din.
BACA JUGA: Wah, Istanbul, Surganya Kucing!
Jalal al-Din Rumi mendirikan tarekatnya sendiri, Tarekat Maulawiyyah. Kira-kira 15 tahun setelah itu, kesehatannya menurun dan jatuh sakit. Dikatakan, selama masa sakit, muridnya Shadr al-Din al-Qunawi, murid Ibnu Arabi menjenguk dan sempat mendoakan Rumi, dan sampat mendoakan bagi keselamatan sang Maulana. Justru yang didoakan tak sabar ingin segera bertemu dengan Sang Kekasih.
Akhirnya, pada hari minggu, tanggal 16 Desember 1273, Maulana Jalal al-Din Rumi, menghembuskan nafasnya yang terakhir di kota Konya. []