Oleh: Ita Triesna Ariy
Aktivis Mahasiswi Malang
KEHIDUPAN dunia tak luput dengan perjuangan, masalah, serta tantangan yang akan dihadapi setiap orang. Cara menghadapinya pun akan berbeda pula tergantug pada pemahaman, standar, dan keyakinan yang ia miliki. Duri-duri itu pasti ditemui saat hendak memetik Bunga yang indah dan wangi layaknya bunga mawar. Apalagi bagi seorang muslim, yang ia meyakini agamanya yakni Islam sebagai pemahaman, standar, dan keyakinan dalam setiap aktivitasnya. Tentu bukan hal yang mudah berjalan mulus tanpa kerikil-kerikil yang seolah membuat kita merasakan perjuangan dalam perjalanan hingga sampai pada suatu tujuan.
Memantapkan Tujuan
Manusia dilahirkan dengan nikmat yang paling tinggi dibanding dengan makhluk Allah swt yang lain yakni Akal. Dengan Akal-lah manusia mampu berfikir tentang apapun yang ia indra di dunia yakni tentang Kehidupan, Manusia, dan Alam Semesta. Melalui peng-indraan terhadap tiga hal tersebut itulah manusia dituntut untuk berpikir bagaimana kehidupannya dilaksanakan. Apakah hanya mengalir saja mengikuti arus kehidupan membawanya kemana? ataukah dia akan menetapkan sebuah tujuan yang akan ingin diraih selama ia diberi kesempatan untuk hidup ?. Terkhusus bagi muslim, tentu dengan proses berpikir itulah harusnya kita meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar dengan tanda-tanda kebesaran yang telah Allah tunjukkan dalam setiap Firman-Nya.
Bagi muslim tujuan hakikinya adalah beribadah kepada Allah swt, dan ini tidak perlu dipertanyakan lagi sebab saat awal bersyahadat ia telah menyatakan dirinya bahwa “Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi Muhammad saw adalah utusan-Nya”. Ini bukanlah hanya sekedar pernyataan belaka, sebab dengan kalimat inilah syurga Allah swt terbuka baginya. Dalam syahadat yang telah diucapkan tentu ada konsekuensi yang harus dijalani.
Keyakinannya kepada Allah swt haruslah menjadikan seorang muslim tunduk dan patuh terhadap titah-Nya. Karena kayakinan tersebut mengatakan bahwa Allah tidak hanya sebagai Pencipta tapi juga sebagai Pengatur. Allah berfirman : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-zariyat : 56)”. Firman Allah ini menyatakan bahwa manusia tidak diciptakan kecuali untuk beribadah. Sejatinya memang saat dia meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur hidupnya, seoarang muslim tak kan mencari-cari alasan untuk tidak patuh terhadap perintahnya, kaeran hidupnya hanya untuk satu tujuan yakni beribadah.
Ibarat seorang pebisnis yang ingin usahanya sukses, tentu dia akan melakukan segala cara untuk merealisasikan tujuannya tersebut. Mulai dari membuat produk yang semenarik mungkin, membuat iklan, memasarkan dengan dengan tata bahasa yang indah hingga melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Inilah yang juga seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam meraih tujuannya. Jika tujuannya untuk masuk Syurga tentu ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan sekecil apapun demi merealisasikan tujuannya. Dia akan tunduk dan patuh pada dzan yang akan merealisasikan tujuannya yakni Allah swt.
Konsisten dalam Meraih Tujuan
Memantapkan tujuan hidup di dunia tentu ini tidak cukup, jika tidak disertai dengan konsistensi dalam melaksanakan tujuan yang ingin diraih. Terus-menerus mengingat tujuan yang ingin diraih inilah yang harus dilakukan. Banyak orang mengatakan bahwa seseorang mudah melaksanakan, namun susah mempertahankan (konsisten). Kalimat tersebut bisa jadi benar jika kita lengah sedikit saja, atau bahkan lupa dengan tujuan utama manusia diciptakan.
Maka memupuk keimanan, membina diri dalam ketakwaan, memeprbanyak tsaqofah islam, dan berada dalam lingkungan yang kondusif haruslah dilaksanakan. Namun, menciptakan kondisi tersebut tidaklah mudah jika tidak ada factor-faktor yang mampu menciptakannya. Karena hari ini kita masih dibenturkan dengan Kondisi yang rusak, kemaksiatan merajalela, dan Lingkungan yang tak kondusif. Sebab hari ini kita dibenturkan dengan sistem kapitalisme yang bersas sekulerisme yakni pemisahan agama dengan kehidupan.
Kuat Menghadapi HTR (Hambatan, Tantangan, dan Rintangan)
Inilah perjuangan, bukanlah jalan emas (jalan kebenaran: syurga) jika mudah dilalui. Tentu saat ketaatan hakiki kepada Allah hendak kita upayakan dengan adanya penerapan islam, maka hambatan, tantangan, dan Rintangan akan menemani setiap langkah jalan kita. Kekuatan keimanan inilah yang perlu kita pupuk serta keyakinan terhadap janji-Nya menjadi pendorong setiap langkah yang akan dilalui. Janganlah kita mencari jalan batu (jalan yang salah) yang penuh dengan hantu itulah yang Allah jelaskan dalam firmannya:
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu,“ (TQSAl-Baqoroh : 208)
Maka tetaplah manusia pada keyakinannya pada islam, dan masuklah kedalamnya dengan keseluruhan, laksanakan seluruh aturan Allah. Jangan sampai tergoda dengan syaithan yang akan menyesatkan. Dan syaithan tidak akan pernah membawamu pada tujuan tapi membelokkan pada tujuan yang lain yakni Neraka. Wallahu a’lam. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos.