KITA mah orangnya pemalas, mau diberi tapi ga mau memberi. Mau rezeki, tapi ga mau berusaha mencarinya. Ada yang Maha memberi rezeki, tapi ga mau minta sama yang Maha memberinya. Subhanallah…
Liku-liku kehidupan memang tak bisa dikalkulasi dengan hitungan. Negeri yang sedemikian makmurnya ini, terancam kekurangan sandang, pangan dan papan. Kegoncangan melanda di mana-mana. Kegelisahan menjadi selimut kehidupan yang tidak bisa ditinggalkan. Begitulah kalau krisis ekonomi sudah memakan korban.
BACA JUGA: Jangan Khawatir, Perkara Rezeki Sudah Dijamin
Seakan manusia telah lalai, bahwa segala yang terhampar di jagat raya ini ada Dzat yang mengaturnya. Apakah mereka tidak ingat Allah Ta’ala telah berfirman :
“Dan tidaklah yang melata di muka bumi ini melainkan Allahlah yang memberi rezkinya.” (QS. Hud : 6)
Keyakinan yang mantap adalah bekal utama dalam menjalani asbab (usaha) mencari rezeki. Ar Rahman yang menjadikan dunia ini sebagai negeri imtihan (ujian), telah memberikan jalan keluar terhadap problem yang dihadapi manusia.
Saudaraku, saya ulangi kembali kalimat di awal tulisan pengantar ini; selalu ada jalan tambahan rezeki yang membuat seorang manusia yang rajin ibadah, mau menambah jalan ibadah, dan juga berkenan untuk mengistiqamahkannya. Ini yang saya yakini! Malah, saya menyebutnya bukan tambahan rezeki, tapi jalan rezeki utama.
Dalam mengerjakan suatu ibadah, mengapa pula ia bisa membuat kita menjadi berkah? Sebab ada mata rantai ekonomi yang terjadi dalam satu praktik ibadah. Sebut saja barusan tadi; memberi makan anak yatim, bersedekah, shalat bersama anak yatim, wah, banyak sekali mata rantai ekonomi yang terbangun dengan sendirinya; membeli makan, menggunakan jasa transportasi untuk ke pasar dan untuk mengangkut anak yatimnya, menyediakan pakaiannya, dan masih banyak lagi. Berkah dah! []
Sumber: The Miracle of Giving/Karya: Ust. Yusuf Mansur/Penerbit: PT. Bestari Buana Murni