JALAN setan? Sebetulnya diri sendirilah yang acapkali menjerumuskan seseorang ke dalam bahaya, karena manusia menyimpang dari petunjuk Allah SWT.
Hal ini membawa konsekuensi yang harus dibayar mahal oleh manusia dalam kehidupannya di dunia. Sehingga ia akan mendapat kerugian karena tidak memperoleh ridha Allah SWT serta nikmat-Nya di akhirat nanti.
Salah satu bahaya yang akan menimpa diri manusia sendiri adalah ketika ia membuka pintu gerbang yang akan menghubungkan dirinya dengan setan dan jin jahat yang satu dengan yang lain.
Ada beberapa jalan masuk setan yang sangat berbahaya. Jika jalan itu terbuka, maka jin dan setan dapat menguasai diri manusia. Jalan berbahaya tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Jalan setan pertama: Godaan (al-nazgh)
Yakni was-was yang berbahaya, hingga terkadang mengantarkan seseorang pada keraguan dan kerusakan akidah. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-A’raf [7]: 200).
BACA JUGA: 48 Tanda Hari Kiamat yang Sudah Terjadi, Sekarang dan yang Akan Datang
Jalan setan kedua: Bisikan Setan (al-hamaz)
Yakni penguasaan setan atas diri manusia dengan membuatnya tidak sadar. Rasulullah SAW selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan seperti ini. Beliau menjelaskan makna “godaan setan” tersebut dengan “sesuatu yang mematikan yang dapat menimpa anak Adam”. Yakni kondisi kesurupan saat jin masuk ke dalam diri seseorang.
Terhadap bahaya ini, Allah SWT memperingatkan dengan firman-Nya, “Katakanlah, ‘Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan, dan aku berlindung pula kepada-Mu, wahai Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku’,” (QS. Al-Mukminun [23]: 97-98).
Jalan setan ketiga: Tiupan (al-nafkh)
Yakni takabur dan pongah serta menyombongkan diri terhadap makhluk-makhluk Allah SWT lainnya. Ini merupakan pintu yang sangat mudah dimasuki setan-setan kuat.
Nabi SAW, sebagaimana diriwayatkan oleh Ummu Salamah, selalu memohon perlindungan kepada Allah SWT dari hal itu. Ummu Salamah mengatakan, “Apabila Rasulullah SAW bangun malam, beliau selalu berdo’a, ‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan yang terkutuk: dari bisikan, hembusan, dan tiupannya’.”
Dalam riwayat lain, para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan bisikan, hembusan, dan tiupan setan itu?” Nabi SAW menjawab, “Yang dimaksud dengan bisikan adalah sesuatu yang mematikan yang bisa menimpa seseorang, tiupan setan itu takabur, dan hembusannya adalah syair.”
Jalan setan keempat: Hembusan (al-nafts)
Yaitu syair yang buruk, atau ucapan-ucapan yang kotor yang biasa digunakan sastrawan untuk membangkitkan naluri dan bukan emosi (keindahan). Dengan syair-syair tersebut, mereka mengobarkan birahi dan bukan menonjolkan keindahan isi syair.
Jalan setan kelima: Kehadiran Jin atau Setan (al-hudhur)
Yaitu hadirnya setan-setan di rumah-rumah yang dapat menghilangkan berkah dan menyebabkan malaikat enggan untuk datang. Lazimnya, hal ini tidak terjadi kecuali dengan adanya perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan syariat Allah SWT. Misalnya menggantungkan gambar-gambar makhluk hidup, meletakkan patung-patung, memelihara anjing, minum khamar, dan hal-hal sejenis yang lazimnya dilakukan di bawah selubung modernisasi.
Jalan setan keenam: Sentuhan Setan (al-mass)
Yaitu bisikan setan yang sampai pada tingkat berbahaya. Lazimnya, setan berusaha untuk menguasai diri seseorang dengan amat buruk. Misalnya, jin mengeram dalam rahim wanita dan menyetubuhinya, atau dia mengeram dalam perut atau dada laki-laki.
BACA JUGA: Nabi Lebih Khawatirkan Ini Dibandingkan Fitnah Dajjal
Mengenai hal ini, Allah SWT mengungkapkan dalam firman-Nya, “Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang-orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila,” (QS. Al-Baqarah [2]: 275).
Jalan setan ketujuh: Kesenangan Jin atau Setan (al-istimta’)
Yaitu sesuatu yang dijelaskan Allah SWT melalui firman-Nya, “Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman), ‘Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia,’ lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia, ‘Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.’ Allah berfirman, “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).’ Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui,” (QS. Al-An’am [6]: 128).
Contoh paling baik tentang ini adalah tukang-tukang sihir yang mendatangkan setan dan jin, sehingga tukang sihir dan jin atau setan mendapatkan kesenangan satu sama lain. Namun, akibat buruknya, tentu saja, pada tukang sihir.
Jalan setan kedelapan: Was-was (al-waswasah)
Yaitu pendamping (qarin) atau sahabat jahat manusia. Ia ada secara nyata pada manusia, yang berusaha memperlihatkan kebatilan sebagai sesuatu yang menarik untuk dikerjakan.
Biasanya, jika jin atau setan tidak memperoleh izin dari yang bersangkutan, maka dia mendatangi pendamping jahat orang yang bersangkutan.
Dia adalah pelaksana yang baik untuk membujuk manusia yang sedang berada dalam kebenaran. Terhadap jenis ini, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya setan itu membisikan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu, dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik,” (QS. Al-An’am [6]: 121).
Jalan setan kesembilan: Hasutan (al-azz)
Ini sebagaimana yang difirmankan Allah SWT, setan atau jin selalu menghasut orang-orang kafir. Allah SWT berfirman, “Tidaklah kamu lihat bahwasanya kami tidak mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasut mereka agar berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh,” (QS. Maryam [19]: 83).
Oleh karena itu, seharusnya tidak ada lagi di antara kita yang mengatakan sebagaimana yang pernah diucapkan para ulama, “Kekafiran itu tidak ada faktor setan yang berperan. Alasannya, diri mereka sendiri (orang-orang kafir) sudah cukup untuk menyebabkan kekafiran itu.”
Tentu tidak bisa dikatakan demikian, karena teks di atas menegaskan bahwa setan-setan pun menghasut orang-orang kafir.
Mereka (setan-setan) mengobarkan rasa benci terhadap Islam dan kaum Muslimin, menghalalkan pelecehan terhadap hal-hal yang disucikan, membolehkan penumpahan darah, dan merampas harta-harta mereka.
Jalan setan kesepuluh: Turunnya Setan (at-tanazul)
Yaitu sejenis kedatangan setan yang sangat mengagumkan. Ia bisa terjadi pada seorang Muslim atau kafir. Dalam kaitannya dengan orang kafir, hal itu sudah merupakan sesuatu yang biasa.
BACA JUGA: Apa Arti Gelar Al-Masih yang Disematkan kepada Nabi Isa?
Akan tetapi dalam hubungannya dengan sorang Muslim, hal itu terjadi saat yang bersangkutan lalai dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran agama serta senang melakukan kebohongan dan kesesatan. Atau mengucapkan kalimat-kalimat yang mendorong terjadinya kekafiran dan penentangan terhadap Allah serta semua peraturan-Nya.
Allah SWT berfirman, “Maukah kamu sekalian Aku beri tahu tentang orang-orang yang kepada mereka setan-setan turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta dan orang-orang yang banyak dosa,” (QS. Al-Syu’ara [26]: 221-222).
https://www.youtube.com/watch?v=QdtU9-YW4kc
Jalan setan kesebelas: Mengobarkan Nafsu Syahwat (al-istahwa)
Yaitu pengaruh setan dalam diri manusia yang selalu mendorong manusia untuk memperturutkan hawa nafsu dan syahwatnya. Allah SWT berfirman, “Seperti orang yang telah disesatkan setan di bumi ini dalam keadaan bingung. Dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya ke jalan yang lurus (dengan mengatakan), ‘Marilah ikuti jalan kami’,” (QS. Al-An’am [6]: 71).
Jalan setan kedua belas: Lupa (al-thaif)
Yaitu sejenis was-was yang gelap dan menyihir. Gambaran jalan masuk setan ini adalah tiba-tiba saja hati ingin melakukan perbuatan buruk, atau lupa jumlah rakaat ketika melakukan shalat.
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang bertakwa, bila mereka was-was (thaif) dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya,” (QS. Al-A’raf [7]: 201). []