“MAS Hero, tak usah antar aku deh, aku cuma sebentar nanti lepas dzuhur aku balik lagi. Kita makan siang bareng yah,” aku meyakinkan suamiku yang mau nganter aku ikut acara seminar dengan pembicara terkenal yang sering muncul di tv.
Hal yang istimewa dari tinggal di Perth adalah seringkali ketika ada undangan dengan pembicara atau tokoh dari Indonesia, facebook kita akan penuh dengan foto-foto bersama mereka. Dan kalo kita rajin, kita dapat berfoto bersama semua tamu atau pembicara yang datang, padahal sih cuma jadi panitia konsumsi atau kebetulan dapat tugas jadi pengantar tamu belanja.
Kebanyakan yang datang juga cukup gress, kalau bukan ustad ustad kondang yang ada di tv-tv ya pejabat-pejabat. Bahkan penyanyi dangdut yang hampir bercerai dengan suaminya pun pernah menjadi tamu, tapi kok tetap ceria yaa (gossip deh). Tinggal kitanya saja mau terlibat atau tidak dengan kegiatan mereka. Kadang kalau pembicaranya bagus, aku bela-belain datang. Dan karena tempat terbatas biasanya aku akan usahakan on time banget agar dapat tempat duduk yang paling enak.
Yang jelas bukan dekat ‘dapur’ -berisik soalnya-, ibu-ibu dari sejak atur rencana menu sampai menu sudah tersedia dan menu akan di makan pun masih asyikk aja berdiskusi. Nah, siang itu dengan gagahnya aku setir mobil sendiri dan setelah mengikuti GPS yang setia banget akhirnya sampai di tempat seminar.
Aku deg-degan dan bertanya dalam hati, “Apa karena pembicaranya bagus banget kok tempat parkir sudah sepi, waduh jangan-jangan aku telat.Tapi ah cuma beda 3 menit kok, subhanallah, pikirku…on time banget ya panitianya…”
Kemudian aku merasa bersyukur sekali karena dapat tempat parkir yang pas dekat pintu masuk. Kupikir rezeki nih dapat tempat parkir bagus di tengah ramainya orang yang datang ke acara seminar yang bagus banget ini.
Tapi ketika aku melangkah masuk ke dalam, gedung masih kosong dan aku pikir aku salah gedung. Ah, enggak kok, gak salah itu ada spanduknya. Aku segera sms temanku yang kebetulan jadi panitia. “Irene, jam berapa sih mulainya?”
“Oh, mbak Fifi , sudah datang yaa? Silakan saja masuk mbak, jadi kita sholat dzhuhur berjama’ah dulu, lalu makan siang, foto bersama para tokoh dulu baru acara di mulai,” jawabnya tenang.
“Lah, kalau gitu, mulainya jam berapa?” tanyaku sambil melirik jam.
Tepat pukul 12.15, dan belum ada satupun tamu yang hadir, saat ini dzhuhur pukul 11.55 mau sholat dzhuhur berjama’ah jam berapa…?
“Yaa sabar aja yaa mbak Fifi cantik (rayuan panitia),bentar lagi juga pada datang kok, Inshaa Allah,” Irene menjawab santai. “Aku juga bentar lagi sampai kok mbak, ini lagi bungkus kerupuk satu lagi.”
Duh, akhirnya aku tunggu dengan santai dan sabar dan minta maaf ke suami dan anak-anak gak bisa makan siang bareng. Karena bingung, mau pulang lagi cukup jauh, mau tinggal dan nerusin juga khawatir acaranya akan di mulai.
Singkat cerita, di undangan tamu diminta hadir pukul 11.30, namun kenyataannya acara di mulai pukul 13.45 ( 30+60 +45;jadi total overal, sekitar 2,5 jam aku nunggu). Ini bukan jam karet lagi namanya, tapi jam karet lepas. Jangan bilang maklum mbak, Orang Indonesia… Yaa gimana ya, aku akhirnya merasa wasting time banget jadi orang yang tepat waktu.
Inikah yang namanya, yang salah jadi benar, yang benar jadi salah…?
“Demi masa, sesungghnya manusia itu benar benar dalam kerugian.“ (Qs. al-‘Ashr [103]: 2) “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” (Qs. al-Isrâ` [17]: 84) []