Oleh: Maulana Faik
Mahasiswa Tingkat Akhir, Fakultas Syariah,
Universitas al-Ahgaff dan penulis aktif di media Ahgaff Pos
ahgaffpos95@gmail.com
DALAM kitab al-Muqodimah al-Hadramiyyah, Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Bafadhal menyebutkan beberapa udzur diperbolehkannya meninggalkan shalat jumat dan jamaah. Di antaranya ialah, ketika hujan dan tak ada payung atau alat lainnya untuk berteduh. Khawatir akan keselamatan jiwa dan harta. Kemudian lapar atau haus yang sangat. Cuaca dingin yang ekstrem. Bahkan tidak adanya pakaian yang layak pun menjadi salah satu uzur.
Dari sini kita bisa merasakan betapa luwes dan mudahnya Islam. Agama akan ringan dijalani jika dijelaskan oleh para pewaris nabi (ulama). Karena, para ulamalah yang memahami bagaimana syariat harus dijalankan. Mereka paham bahwa ajaran agama jangan sampai menjadi problem bagi masyarakat awam.
Namun jika ajaran agama diterangkan oleh orang yang salah, agama justru akan menjadi bagian dari problem itu sendiri. Di tengah wabah corona yang melanda negeri kita, banyak oknum yang mengeluarkan fatwa-fatwa sembarangan. Mereka mempunyai konsep istidlal (kesimpulan) yang ngawur dan tak berpikir panjang. Cara berpikir mereka kurang lebih seperti ini, Allah adalah Sang Pencipta segala, tentu Ia Maha Kuasa daripada sekadar virus Corona.
Lalu berdasarkan keyakinan tersebut mereka membuat pilihan sempit: Pilih pahala salat berjamaah atau aman dari corona? Majlis taklim atau takut tertular? Imanmu atau keselamatan jiwamu? Seolah-olah agama harus dijalankan dengan kaku tanpa memperhatikan mafsadah-mafsadah (bahaya) yang mungkin timbul.
Beginilah jika agama diterangkan oleh orang yang tidak mumpuni dalam keilmuan. Syariat Islam menjadi sangat sempit melalui kacamata mereka. Mereka mungkin tidak tahu hadis yang diriwayatkan oleh Sahabat Jabir dalam Sunan Abu Daud. Dalam hadits tersebut, Rasulullah marah terhadap beberapa sahabat yang kelewatan berfatwa tanpa ilmu. Mereka mewajibkan mandi besar kepada seseorang yang bermimpi junub, padahal kepalanya sedang terluka serius. Ia pun meninggal disebabkan mandinya. Rasululllah menegur keras:
قَتَلُوهُ قَتَلَهُمْ اللَّهُ أَلَمْ يَكُنْ شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَال
“Mereka telah membunuhnya semoga Allah membunuh mereka. Bukankah obat dari kebodohan adalah bertanya!?”
Lihat, bagaimana tegasnya Rasulullah dalam menyikapi orang yang berfatwa tanpa ilmu. Agama adalah kemudahan dan solusi hidup. Bagaimana Rasulullah tidak marah jika agama yang seharusnya menjadi solusi ini diubah menjadi problem.
Dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dalam Sahih Muslim, Rasulullah bersabda :
يَسِّرُوا وَلَا تُعَسِّرُوا وَسَكِّنُوا وَلَا تُنَفِّرُوا
“Permudahlah, jangan persulit. Buatlah hati mereka tenang, jangan menakut-nakuti.”
Begitulah Rasulullah mengajarkan Islam. Dan seperti itu pula para ulama memahami Islam. Namun orang awam yang tidak mau bertanya hanya akan menciptakan kerusakan dengan kebodohannya. Benarlah apa yang dikatakan dalam sebuah syair :
فساد كبير عالم متهتك # وأكبر منه جاهل متنسك
“Besarnya kerusakan di dunia disebabkan oleh orang alim yang diam. Namun kerusakan yang lebih besar disebabkan oleh orang bodoh yang terlalu semangat beribadah.”
Wallahu’alam. []
Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi di luar tanggung jawab redaksi.